Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Petani Kratom di Kalimantan, Diawali Saat Harga Karet Anjlok hingga Angkat Perekonomian

Kompas.com - 04/09/2019, 12:41 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Tanaman kratom (Mitragyna speciosa) dikenal sebagai daun ajaib asal Kalimantan yang menjadi komoditas ekspor besar dengan Amerika Serikat sebagai konsumen utamanya.

Sayangnya, kurangnya uji klinis membuat banyak pihak yang ragu akan manfaatnya.

Dilansir dari dw.com, tanaman kratom banyak ditemukan di daerah pedalaman Kalimantan, dan sudah dikonsumsi selama berabad-abad di Asia Tenggara dan Papua Nugini.

Permintaan kratom terus meningkat, hingga banyak petani di Kalimantan beralih menanam kratom.

Baca juga: Dilema Petani Kratom: Mengangkat Perekonomian dan Wacana Larangan Pemerintah

Beriku fakta dari petani kratom di Kalimantan:

 

1. 90 persen petani kratom

Desa Sambus adalah daerah penghasil kratom terbesar di Kapuas Hulu. Dari 278 kepala keluarga atau sekitar 800 jiwa, 90 persen di antaranya merupakan petani kratom.

Warga Sambus bahkan menananm kratom di pekarangan rumahnya atau menjadi pembantu sat memanen daun kratom.

Masa tanam relatif cepat, membuat banyak warga beralih menanam kratom.

Tanaman kratom siap panen setelah 6-9 bulan, dengan siklus panennya setiap 30-40 hari. Untuk kualitas pertumbuhan, kratom sendiri tidak memerlukan perawatan yang rumit.

Baca juga: 7 Fakta Kratom, Bikin Kecanduan hingga Legalitas di Berbagai Negara

 

2. Menamam kratom sejak harga karet anjlok

Muliadi (kiri gambar) dan Gusti Prabu (kanan) adalah petani kratom di Pontianak, Kalimantan Barat. Gusti Prabu sendiri juga mengonsumsi tanaman kratom dan mengklaim bahwa ia tidak pernah mendapat efek samping negatif. Menurutnya, tanaman ini bisa digunakan untuk membantu menghilangkan kecanduan narkoba dan detoksifikasi.dok dw.com Muliadi (kiri gambar) dan Gusti Prabu (kanan) adalah petani kratom di Pontianak, Kalimantan Barat. Gusti Prabu sendiri juga mengonsumsi tanaman kratom dan mengklaim bahwa ia tidak pernah mendapat efek samping negatif. Menurutnya, tanaman ini bisa digunakan untuk membantu menghilangkan kecanduan narkoba dan detoksifikasi.
Sumantri (32), petani kratom asal Desa Nanga Sambus, Kecamatan Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu mengaku menanam kratom sejak tahun 2018, ketika harga karet anjlok.

"Kami mulai aktif menanam kratom setelah harga karet anjlok," terang dia.

Ia menanam kratom pertama kali di lahan seluas 2 hektare dengan 2.000 batang kratom.

Untuk menanam kratom, petani cukup memberikan pupuk organik dan rutin merapikan rumput. Selebihnya dibiarkan begitu saja.

"(Kratom) jelas lebih cepat menghasilkan dibanding karet. Jika tak ada halangan, 6 bulan setelah ditanam sudah bisa panen," terang dia.

Baca juga: Menurut Pakar Adiksi, Perlu Kajian Sebelum BNN Larang Daun Kratom

 

3. Angkat perekonomian warga

Sumantri, petani kratom mengatakan sejak beralih ke kratom, perekonomian warga Sambus mengalami peningkatan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com