Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Ciptakan Pendeteksi Asap di Toilet KA di Ponsel, Pintu Bisa Otomatis Terkunci

Kompas.com - 04/09/2019, 12:38 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

PURWOKERTO, KOMPAS.com - Mahasiswa Institut Teknologi (IT) Telkom Purwokerto, Jawa Tengah, Muhammad Faiq, menciptakan prototipe alat pendeteksi asap rokok di dalam toilet rangkaian gerbong kereta api (KA).

Hal itu untuk mengurangi potensi pelanggaran penumpang yang merokok di dalam toilet.

Pasalnya, terkadang masih dijumpai penumpang yang secara sembunyi-sembunyi merokok di dalam toilet KA.

Muhammad Faiq mahasiswa Program Studi Teknik Telekomunikasi IT Telkom Purwokerto mengatakan, alat yang diciptakan ini berbasis teknologi. Apabila ada yang merokok di toilet KA, maka akan diketahui melalui notifikasi di dalam ponsel.

Selain itu, alat tersebut memiliki keunggulan lain dibanding alat pendeteksi asap yang sudah ada di pasaran.

Menggunakan alat pendeteksi itu, pintu toilet secara otomatis akan terkunci apabila ada yang kedapatan merokok di dalam toilet.

"Ide awal ini karena walaupun sudah ada larangan merokok, tapi ada juga yang melanggar. Saya pernah menjumpai orang yang merokok, kemudian ditegur dan diturunkan," kata Faiq di Kampus IT Telkom, Selasa (3/9/2019).

Baca juga: Kisah Mbah Wardi yang Tunanetra, Jatuh ke Sungai hingga Tinggal di Pos Ronda

Faiq menjelaskan, sensor pada alat tersebut akan langsung mendeteksi asap. Selanjutnya sensor mengirim pesan melalui aplikasi telegram dan pintu toilet akan otomatis terkunci.

"Saya pakai sensor MQ2 untuk mendeteksi kadar gas yang terbakar di udara. Jadi kalau ada indikasi asap di ruangan, sensor akan bekerja mengirimkan notifikasi dalam bentuk pesan teks ke aplikasi telegram," ujar mahasiswa penggemar KA ini.

Fa'iq mengatakan, proses pembuatan alat tersebut memerlukan waktu hingga enam bulan. Saat ini, alat tersebut masih memerlukan beberapa penyempurnaan jika ingin diproduksi secara massal.

"Biayanya tidak besar, beberapa komponen yang digunakan murah harganya. Pembuatan alat ini sekitar Rp 500.000," kata Faiq.

Dosen Program StudiTeknik Telekomunikasi IT Telkom Purwokerto Fikra Titan Syifa mengatakan, untuk keperluan produksi massal, temuan tersebut masih memerlukan serangkaian proses, baik di internal kampus maupun untuk legalitasnya.

"Ide awal ini dari mahasiswa, kami meloloskan proposal karena sebelumnya belum pernah ada penelitian itu," ujar Titan.

Menurut Titan, alat tersebut sangat diperlukan untuk memastikan keselamatan selama perjalanan KA.

Selain membawa bahan bakar dalam jumlah banyak untuk menggerakkan mesin, pada kereta pembangkit juga terdapat solar.

"Kita tahu di kereta pembangkit membawa solar, belum lagi bahan bakar KA. Untuk menghindari risiko kebakaran dalam perjalanan dibuat alat ini, termasuk juga untuk memberi kenyamanan penumpang KA," kata Titan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com