Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Banyak Kecelakaan di Tol Cipularang? Ini Penjelasan KNKT

Kompas.com - 03/09/2019, 13:04 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.comKecelakaan di ruas Tol Purbaleunyi segmen Cipularang pada Senin (2/9/2019), bukan kali pertama terjadi.

Dari catatan yang dihimpun Kompas.com, setidaknya ada tujuh kecelakaan lain di Cipularang yang banyak disorot media.

Salah satunya kecelakaan tunggal di Tol Cipularang pada September 2011, yang menewaskan Virginia Anggraeni, istri penyanyi dangdut Saipul Jamil.

Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Budi Susandi mengatakan, ruas tol ini rawan terjadi kecelakaan jika pengendara tak berhati-hati.

Sebab, jalur tersebut bentuknya turunan yang panjang.

“Memang ruas tol ini ruas turunan panjang, di mana pengemudi tidak hati-hati, akan rawan terjadi kecelakaan seperti mobil terguling dan mobil sulit dikendalikan,” ujar Budi dalam telewicara di tayangan langsung Kompas TV, Selasa (3/9/2019).

Baca juga: Kecelakaan Beruntun Tol Cipularang, Apa Faktor yang Sering Jadi Penyebabnya?

Selain faktor jalan, ada pula faktor kelalaian pengemudi yang melanggar rambu lalu lintas.

Menurut Budi, kondisi jalan yang mulus dan lancar, seringkali membuat pengendara meningkatkan kecepatan laju kendaraannya.

Padahal, ada rambu yang mengatur batas kecepatan, yakni minimal 60 kilometer per jam dan maksimal 80 kilometer per jam.

Diatur pula jarak aman 100 meter antar kendaraan.

“Kan kadang tidak dipatuhi, karena kondisi jalan mulus, nyaman, sehingga memacu kendaran setinggi-tingginya,” kata Budi.

Dengan kondisi itu, ketika ada rem mendadak, para pengemudi tidak bisa menghindar secara tiba-tiba, sehingga menyebabkan tabrakan beruntun.

“Kalau semua mematuhi lalu lintas, kecelakaan bisa diminimalisir,” kata Budi.

Sejumlah pihak seperti Direktorat Pekerjaan Umum, Jasa Marga, kepolisian, dan sejumlah pakar pernah melakukan evaluasi dan penelitian di jalur tersebut.

Evaluasi dititikberatkan pada kilometer 90 sampai kilometer 100 yang dipetakan rawan kecelakaan.

Pakar transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ofyar Z Tamin mengatakan, mulai dari kilometer 100, kondisi jalan agak menurun.

Menurut dia, ketika jalan menurun akibat beban massa dari kendaraan, tanpa disadari kecepatan semakin bertambah tinggi.

Dalam kondisi seperti itu, menurut Ofyar, seharusnya pengemudi meningkatkan kewaspadaan.

“Saat mendesain dan membangun jalan, ada yang disebut kecepatan rencana. Artinya, kendaraan akan aman jika melaju baik saat memasuki tikungan atau jalan menurun berada di bawah kecepatan rencana,” kata Ofyar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com