Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Dapatkan Air, Sambung Paralon Ratusan Meter hingga Gunakan Toples

Kompas.com - 03/09/2019, 06:32 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Wilayah Dusun Batur Turu, Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, berada di kawasan pegunungan sisi utara.

Berada di wilayah perbukitan membuat wilayah itu kesulitan untuk memperoleh air bersih, bahkan harganya cukup fantastis yakni Rp 350.000 per tangkinya. 

Kondisi geografis yang sulit diakses truk tangki ini menyebabkan harga air bersih cukup sulit menjangkau wilayah Baturturu.

Baca juga: Cerita Warga Lombok Saat Kekeringan, Berebut Ambil Air di Sumur hingga Sembunyikan Alat Timba

 

Sopir harus memiliki pengalaman dan keberanian lebih untuk ke sana.

Warga sudah berupaya mencari sumber air, namun harapannya kandas karena sumur yang digalinya tidak banyak mengeluarkan air bersih. 

Warga Baturturu Ngatijo mengatakan, dirinya mencari air bersih milik tetangganya sejauh sekitar 500 meter menggunakan 125 pralon. Hal ini untuk mengurangi pembelian air bersih dari pihak swasta yang harganya cukup mahal. 

"Lumayan membantu bisa mengurangi pembelian air bersih yang pertangkinya Rp 350.000. Meski debit airnya kecil tapi lumayan membantu," katanya ditemui di rumahnya Senin (2/9/2019). 

Sebenarnya dirinya dan warga sekitar tidak menyerah dalam keadaan, karena berupaya membuat sumur yang menghabiskan biaya tidak sedikit, hingga belasan juta.

Warga sempat menggali beberapa sumur tradisional dengan menggali manual, dan sumur bor. Dengan kedalaman bervariasi untuk sumur tradisional 6 meter hingga 11 meter, dan sumur bor hingga 90 meter, namun air yang keluar tidak maksimal.

"Kami sudah mencoba membuat 4 sumur di daerah yang terpisah namun airnya tidak banyak," ujarnya. 

Satu sumur hanya bisa dimanfaatkkan 1 kepala keluarga, itu pun dengan pemanfaatan minimal.

Warga juga mengandalkan bantuan dari  Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), atau pihak kecamatan, hingga swasta yang membantu dengan memberikan air bersih gratis.

Sebab, satu tangki bisa digunakan hanya seminggu untuk 4 orang anggota keluarganya. 

"Dusun kami tepat di bawah Embung (Batara) Sriten, di sana malah 30 meter bisa keluar airnya. Kami yang di bawahnya malah kesulitan air. Ini kemarau terparah karena sudah 9 bulan tidak ada hujan," ucapnya.

Baca juga: Antisipasi Kekeringan, Pemkot Jakpus Bangun 88 Sumur Pantek

Warga Dusun Batur Turu memanfaatkan setiap sumber air dengan maksimal. Mereka memanfaatkan bekas sumur bor.

Uniknya mereka memanfaatkan sumur dengan mengambil air bersih menggunakan toples. Air sedikit demi sedikit diambil untuk memenuhi jeriken yang sudah disiapkan. 

Ketua RT 6 Dusun Batur Turu Wardi Raharjo menceritakan, pemerintah sebenarnya sudah memberikan bantuan sumur bor pada tahun 2014 lalu.

Namun, karena debitnya kecil, pemerintah urung menggunakan mesin untuk menyedot air bersih. Warga pun akhirnya memanfaatkan menggunakan toples untuk mengambil air bersih. 

Toples diikat menggunakan tali, lalu diturunkan ke lubang sekitar 5 inci atau 12,7 sentimeter. Setelah sampai muka air sedalam kurang lebih 7 meter, lalu didorong menggunakan bambu, agar air masuk ke toples.

"Dengan sistem ini, pembagian air bersih malah jadi merata. Jadi siapa yang butuh bisa langsung menimba di sini," ucapnya. 

Warga lainnya, Wardi mengatakan, untuk mengisi 1 jeriken kapasitas 25 liter perlu 27 kali menimba, dengan durasi waktu sekitar setengah jam. Setiap hari dirinya mengambil air pada pagi dan sore hari.

"Kadang harus antri untuk menimba, tapi tidak sampai rebutan juga karena airnya selalu ada," ujarnya. 

Terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edy Basuki mengatakan, hingga saat ini anggaran droping sudah menghabiskan Rp 350 juta hingga Rp 400 juta dari anggaran Rp 526 juta.

Diperkirakan, anggaran droping akan habis awal Oktober 2019 nanti.

"Kami berupaya bekerjasama dengan swasta yang membantu air bersih untuk memperluas jangkauan bantuan," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com