Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontroversi Kratom, Tanaman Obat Asal Kalimantan yang Akan Dilarang BNN

Kompas.com - 02/09/2019, 05:30 WIB
Rachmawati

Editor

Mario dan Theo adalah dua dari sekitar 300.000 petani di Kalbar yang mulai membuat kratom sebagai sumber mata pencaharian mereka, menurut Yosep, Ketua Pekrindo (Pengusaha Kratom Indonesia).

Setiap bulan, rata-rata 300 hingga 500 ton kratom diekspor dari Kalbar, sekitar 80%nya adalah dalam bentuk bubuk, sisanya dalam bentuk daun kering remahan.

Baca juga: Pemprov Kalteng Terbitkan Larangan Pengiriman Kayu Bajakah ke Luar Daerah

 

Kratom di mata regulator

Negara tujuan ekspor terbesar adalah Amerika Serikat, meski di beberapa negara bagiannya melarang kratom.

Di negara bagian New York, bar-bar yang menyediakan kratom mulai bermunculan.

Di negara ini, banyak konsumen kratom (dalam bentuk bubuk atau pil) menggunakannya untuk terapi ketergantungan opium, isu yang cukup pelik di negara itu, dengan lebih dari 130 orang mati dari overdosis opium setiap hari pada 2017, menurut Departemen Kesehatan (Health & Human Services) AS.

Namun, status kratom di Amerika Serikat saat ini juga masih dalam limbo. Pada 2016, badan hukum narkoba (Drug Enforcement Administration) AS mengumumkan untuk memasukkan kratom ke Golongan I narkotika dan tak mengizinkan kratom digunakan dalam medis.

Baca juga: Ibu Siswa Penemu Obat Kanker Gundah Pasca-pemberitaan Anaknya dan Kayu Bajakah

Namun protes keras dari para pengguna dan beberapa senator AS membuat departemen itu menunda keputusannya

Di Indonesia sendiri, Badan Narkotika Nasional (BNN) sedang memroses kratom untuk dimasukkan ke Golongan I narkotika.

"Kita sudah ajukan untuk dimasukan ke dalam appendix undang-undang 35 tahun 2009," ungkap juru bicara BNN Sulistyo Pudjo.

Pemerintah sendiri sedang gencar memberantas penggunaan narkotika yang sudah dianggap dalam kondisi darurat dengan 3,2% dari seluruh populasi penduduk terindikasi sebagai pengguna narkotika, menurut data BNN.

"Kita tidak mengharapkan loss generation," tegas Sulistyo.

Baca juga: Fakta di Balik Peneliti Terperangah Tahu Kayu Bajakah Mampu Sembuhkan Kanker hingga Minta Dipatenkan

Jika masuk ke Golongan I narkotika, maka baik pengguna, pengedar, jaringan kratom akan diberlakukan hukuman seperti narkotika lainnya.

Yang berarti, petani seperti Mario dan Theo, tak lagi dapat menanam kratom, meskipun permintaan legal dari negara lain masih besar.

"Kepentingan bisnis kadang tidak kompatibel dengan kepentingan hukum. Kepentingan bisnis illegal ya illegal, legal ya legal," ujar Pudjo.

Lebih jauh Pudjo mengatakan bahwa pihaknya sudah mengingatkan masyarakat bahwa kratom ini termasuk narkotika sehingga tak ada lagi alasan untuk menanam tumbuhan tersebut.

Baca juga: Pemprov Kalteng Berencana Patenkan Kayu Bajakah Penyembuh Kanker


Kratom di mata peneliti

Bubuk kratom jauh lebih kuat dibanding teh kratom karena hasil purifikasi. dok BBC Indonesia Bubuk kratom jauh lebih kuat dibanding teh kratom karena hasil purifikasi.
Namun, peneliti kratom Dr. Ari Widiyantoro dari FMIPA Universitas Tanjungpura berpendapat justru bukan pelarangan yang dibutuhkan terkait kratom, melainkan pengawasan lewat aturan resmi Kementerian Kesehatan, mengingat potensi kratom terkait kebutuhan medis.

"Cuman masalahnya penggunaannya harus diatur, dosisnya terutama, dan siapa yang harus memakai," kata Dr. Ari.

Selain itu, dia juga mendukung agar dilakukan standardisasi produksi kratom karena para petani dan pengumpul kratom saat ini menjual daun tanpa membedakan usia daun, padahal semakin tua daun maka kadar mitragininnya semakin tinggi sehingga dampaknya ke pengguna juga akan berbeda.

Baca juga: 5 Fakta Keluarga yang Pertama Kali Buktikan Khasiat Kayu Bajakah, Sembuhkan Kanker hingga Sempat Ditolak

"Dari berita dan buletin kesehatan di Amerika, packagingnya tidak bagus sehingga (bakteri) salmonela masuk. Itu memberikan cemaran kepada pasien sehingga tingkat kematian, infeksi menjadi tinggi," Dr. Ari menambahkan.

Dia juga menganjurkan agar riset terkait kratom terus dilakukan untuk mendalami efek-efek kratom, termasuk efek yang berbahaya.

Lantas, apa efek dan kandungan dalam daun kratom?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com