Desa para dalang
Kepala Desa Tayuban Muhammad Abdurrohman Wiyono mengungkapkan, banyak dalang terkenal pernah ada di desa mereka, salah satunya Ki Hadi Sugito. Anak-anak dari dalang kondang itu juga berada di desa mereka sambil meneruskan kegiatan dalang.
Dia berharap, keberhasilan para dalang terkenal itu menginspirasi generasi berikutnya. Desa pun ingin wayang dan khususnya pedalangan mengalami regenerasi. Mereka pun melibatkan 200 anak ikut main wayang-wayangan ketika Kevin beraksi.
“Terbukti (kegiatan wayang massal) ini mengalihkan anak pada kegiatan positif. Selama ini selalu main HP. Setelah membuat wayang ini, setidaknya sedikit teralihkan. Semoga saatnya nanti mereka ada yang meneruskannya (kegiatan dalang),” kata Wiyono.
Ki Hadi Sugito dimakamkan di Dusun Gentan, salah satu dusun di Tayuban. Namanya berkibar di antara tahun 1970-2008. Karena dalang kondang ini pula banyak dalang terlahir di desa ini.
Pendamping Desa Budaya Tayuban, Danang Nur Widaryanto mengungkapkan, setidaknya ada 6 dalang di Tayuban saat ini. Mereka terbentuk melalui pembelajaran otodidak dengan ciri khas mirip Hadi Sugito. Mereka punya jam terbang cukup panjang.
“Mereka belajar pagelaran Ki Hadi Sugito lewat CD dan video,” kata Danang.
“Bahkan mereka juga akan menggelar wayang malam ini,” tambahnya.
Danang mengatakan, desa ingin terus melestarikan seni ini. Tapi, keinginan itu memang tidak mudah.
“Kami ingin generasi berikutnya menyukai wayang kulit dan meneruskan seni budaya ini khususnya pedalangan. Tapi anak-anak sulit mengenal wayang, karena ketidaksukaan,” kata Danang.
Merti desa pun jadi awal membangkitkan semangat pada anak-anak ini. Danang menceritakan, mereka mencobanya lewat mengajak banyak anak menyukai para tokoh wayang dengan cara menggambar.
Semula dengan cara menjiplak utuh tiap tokoh yang disuka, mewarnainya, dan memberinya motif sesuka hati.
Anak mulai PAUD hingga SD dilibatkan. Cara ini dirasa efektif dan mengena hati anak-anak. Danang mengungkapkan, setidaknya ini terlihat pada sebagian anak yang sangat antusias bahkan hingga selesainya pertunjukkan sang dalang cilik.
“Setidaknya separuhnya menunjukkan minat besar terhadap wayang, sedangkan sisanya menunjukkan kesukaannya saja,” kata Danang.
Pewayangan dan pedalangan menjadi kebanggaan Tayuban. Bagi tua-tua desa, seni budaya ini menjadi satu-satunya yang bisa memajukan Tayuban sekaligus menyatukan warga selama ini. Karenanya, mereka berharap ini terus lestari.
“Sangat penting, karena budaya itu bukan hanya pertunjukan, tetapi juga bagian dari persatuan kesatuan. Orang ketemu di sini, salaman saja sudah luar biasa,” kata Ketua Desa Budaya HM Slamet Raharjo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.