Yulianto pun mengakalinya dengan menutupi lantai lapuk itu menggunakan tikar seadanya.
Ventilasi udara di Rumah Baca Bintang pun kurang begitu memadai, sehingga terkadang suhu terasa panas saat berada di dalam.
Hanya ada satu jendela kayu lawas serta bagian atapnya yang tak berplafon.
Bahkan, saat hujan turun, air masuk dari berbagai celah.
Karena belum ada anggaran yang lebih, Rumah Baca Bintang pun terpaksa menyulap kardus dan kotak kayu bekas wadah telur sebagai rak buku.
Ada sekitar 40 rak buku yang terbuat dari barang rongsokan, yang dibeli Yulianto dari para pemulung tersebut.
Rumah Baca Bintang adalah salah satu pelopor literasi di pelosok desa yang bertahan dengan kesederhanaannya. Jauh dari kesan mewah dan apa adanya, rumah baca ini hanya berbekal asa yang melambung tinggi dengan tujuan mulia.
"Inginnya sih dibangun lebih bagus. Tapi mau bagaimana lag,i tak punya uang lebih. Pun demikian tak ada bantuan dari pemerintah maupun donatur. Yang penting anak-anak bisa rajin membaca dan belajar sudah lebih dari cukup," ujar elaki kelahiran Juli 1990 tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.