Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rumah Baca Bintang, Pelopor Literasi di Desa Terpencil dengan Kondisi Memprihatinkan

Kompas.com - 30/08/2019, 08:19 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

Setelah menangkap sinyal lampu hijau dari orangtuanya, Rumah Baca Bintang terealisasi dengan menempati sebagian ruang tamu seluas 3x4 meter. Saat itu, koleksi buku untuk anak-anak yang terpajang sekitar 150 buku.

Keseluruhan buku itu dikumpulkan oleh Yulianto dari hasilnya menabung sejak kecil.

Perlahan, jumlah anak-anak yang berdatangan ke Rumah Baca Bintang kian banyak. 

Pada awal 2015, Yulianto terpaksa mengikhlaskan kamar pribadinya dibongkar untuk memperluas ukuran Rumah Baca Bintang.

Kini, Rumah Baca Bintang seluas 5x6 meter tersebut memiliki koleksi buku anak-anak sekitar 2.500 buku.

Rumah Baca Bintang mulai ramai disesaki anak sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama saat sore pukul 15.00 WIB atau waktu pulang sekolah.

Rumah Baca Bintang tutup pada malam hari pukul 21.00 WIB.

Saat ini, dalam sehari jumlah anak-anak yang datang ke Rumah Baca Bintang bisa mencapai 40 orang.

"Saya sisihkan uang sedikit demi sedikit untuk membeli buku anak-anak. Saya hanya ingin anak-anak terbiasa belajar, membaca dan mencintai pendidikan. Itu kan bekal masa depan mereka," tutur anak bungsu dari dua bersaudara ini.

Selama bertahun-tahun merintis Rumah Baca Bintang secara mandiri, lulusan Sarjana Ilmu Perpustakaan (S1) Universitas Terbuka di Purwodadi, Grobogan, ini meyakini bahwa apa yang dia upayakan untuk menggairahkan atmosfer belajar di kalangan anak-anak akan berbuah manis kelak.

"Banyak yang menganggap saya gila. Kenapa sih tidak mencari pekerjaan yang mapan? Dalam hati saya menjawab jika ini adalah pilihan hidup saya. Cita-cita saya, mendampingi anak-anak supaya aktif dan gemar membaca di sela aktivitas saya sebagai pendongeng," ujar Yulianto.

Kondisi memprihatinkan

Secara kasatmata, Rumah Baca Bintang kondisinya cukup memprihatinkan.

Konstruksinya hanya berdinding papan kayu usang yang menyisakan lubang di mana-mana.

Lantainya hanya beralaskan semen yang sudah banyak retakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com