Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pembagian Air Bersih, sampai Malam hingga Warga Bawa Golok karena Tak Kebagian

Kompas.com - 30/08/2019, 07:47 WIB
Candra Nugraha,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

"Warga menyimpan ember di depan rumah, sehingga truk tangki harus maju perlahan, kemudian berhenti untuk menurunkan air. Istilahnya ngecer," ucap dia.

Fauzi mengatakan, distribusi air bersih bisa lebih cepat jika warga dipusatkan di satu titik distribusi.

Selain itu, akan lebih cepat apabila air bantuan dimasukkan ke bak tampung atau tangki air.

Nantinya, warga tinggal mengambil di bak penampungan itu.

"Memang ada warga yang sudah tertib, berkumpul di satu titik, sehingga memudahkan dan mempercepat distribusi air. Tapi ada pula yang mengecer, sehingga mobil tangki kerap berhenti," kata Fauzi.

Pengalaman lain disampaikan Rosyid. Menurut dia, banyak warga yang menginginkan bantuan air lebih banyak.

Mereka menaruh ember lebih banyak dan tidak mengantre.

"Kami beri pemahaman, cukup dua embernya, karena masih banyak warga lainnya yang sama-sama membutuhkan air," ujar Fauzi.

Selain harus melayani warga, petugas BPBD juga harus menghadapi medan yang cukup menantang.

Tanjakan panjang, disertai tikungan tajam kerap ditemui saat hendak mengirim air bersih.

Selain itu, jalan rusak masih ditemui di beberapa kampung.

Saat ini, supaya distribusi air berjalan tertib, lancar dan tepat sasaran, sebelum mengirim air kepada warga, petugas terlebih dahulu mendatangi kantor desa setempat.

Mereka meminta distribusi air didampingi perangkat desa setempat.

Kepala Bidang Darurat Logistik BPBD Kabupaten Ciamis, Ani Supiani menambahkan, saat kemarau seperti saat ini, banyak lembaga lain yang turut mendistribusikan air bersih kepada warga.

Namun, kata dia, akan lebih baik jika lembaga-lembaga tersebut tetap berkoordinasi dengan BPBD, supaya penyalurannya tepat sasaran.

Menurut Ani, BPBD memiliki data daerah yang kekurangan air bersih dan sudah dilakukan penilaian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com