BOGOR, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokow)i resmi mengumumkan ibu kota negara akan pindah ke Kalimantan Timur (Kaltim) beberapa waktu lalu.
Menurut Jokowi, lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Jokowi menyatakan, keputusan itu dilakukan setelah pemerintah melakukan kajian intensif.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim pun berkomentar soal pemindahan ibu kota. Sebab, Kota Bogor menjadi salah satu daerah penyangga Jakarta selama ini.
Mantan Direktur Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini membeberkan dampak yang akan terjadi pada Kota Bogor sebagai penyanga Jakarta, jika Ibu Kota pindah ke Kaltim.
Baca juga: Kalimantan Timur Jadi Ibu Kota, Ada Ancaman Penebangan Hutan hingga Peningkatan Ekonomi
Menurutnya, ada dampak positif maupun negatif yang akan dirasakan oleh Kota Bogor jika nantinya ibu kota pindah ke Pulau Borneo.
Dampak positifnya, kata Dedie, yakni berkurangnya beban lingkungan karena tingginya jumlah penduduk yang selama ini menjadi daerah penyangga Jakarta.
"Jadi beban berat kepada lingkungan akibat pergerakan manusia di seputar Jabodetabek bakal berkurang," ungkap Dedie, Selasa (27/8/2019).
Negatifnya, sambung dia, adalah berkurangnya nilai ekonomi terhadap para pengusaha layanan jasa atau kuliner yang selama ini menggantungkan hidupnya dari keberadaan instansi pemerintah.
Baca juga: Tahun 2020, Peletakan Batu Pertama Jalan untuk Ibu Kota Indonesia di Kalimantan Timur
Meski begitu, Dedie meyakini dampak dari pemindahan ibu kota tidak berpengaruh besar terhadap daerah-daerah penyangga Jakarta.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.