Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seekor Sapi Mati Mendadak di Kawasan Endemik Antraks Gunungkidul

Kompas.com - 27/08/2019, 14:54 WIB
Markus Yuwono,
Farid Assifa

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sapi kembali mati mendadak di sekitar endemik antraks di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, Yogyakarta, Selasa (27/8/2019).

Sapi betina yang mati merupakan ternak milik Sunaryo, warga Padukuhan Kulwo,

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto mengatakan, kejadian ini bermula saat Sunaryo berniat memberi minuman pada sapi sekitar pukul 05.00 WIB, tetapi sapi sudah dalam kondisi roboh.

Semula pemilik mengira sapinya tidak mau berdiri saja. Saat ditepuk-tepuk tidak ada respons lalu diperiksa. Sapi tersebu, sapi tersebut mati.

 

Pemilik sapi kemudian melaporkan kejadian tersebut ke dDukuh setempat untuk dilakukan pemeriksaan secara bersama-sama. Sebenarnya tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan sebelum sapi betina itu mati, penurunan suhu atau napsu makan pun juga tidak terlihat.

"Setek menerima Laporan, petugas kesehatan hewan terjun ke lokasi untuk pengecekan," katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa. 

ia mengatakan, sapi betina itu berusia sekitar 3 tahun. Petugas telah mengambil sampel darah, suap lubang tubuh, sampel tanah di kandang, dan pakan yang semula diberikan oleh pemilik ternak.

Selanjutnya petugas mengirim sampel-sampel tersebut ke laboratorium untuk dilakukan pengecekan.

Uji lab yang dimaksud untuk mengetahui penyebab matinya hewan ternak tersebut, apakah karena antraks atau penyakit dan sebab lainnya. Kejadian ini sendiri mengingatkan beberapa waktu lalu mengenai sejumlah sapi yang mati lantaran virus antraks dan penyakit lainnya.

"Hasil uji laboratorium baru dikirim beberapa hari k edepan baru bisa diketahui," ucapnya. 

Kasi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Veteriner, Dinas Pertanian dan Peternakan DPP Gunungkidul, Retno Widyastuti mengatakan, langkah paling efektif mencegah penyebaran penyakit pada ternak yang mati mendadak adalah dengan cara dikubur.

Menurut dia, cara ini paling efektif karena bakteri di dalam tubuh hewan tidak akan keluar dan akan mati seiring membusuknya bangkai hewan yang dikubur.

Untuk mencegah penyebaran antraks di wilayah Gunungkidul, DPP selain terus berupaya melakukan pencegahan dengan memberikan vaksin terhadap hewan ternak, juga menyosialisasikan imbauan tidak menyembelih hewan mati mendadak.

Proses penyuntikan vaksin telah dilakukan ribuan hewan ternak. Untuk sapi sudah ada 662 ekor, kambing 1.472 ekor, dan domba 7 ekor.

Vaksinasi akan terus dilakukan selama 10 tahun di kawasan zona merah dan kuning. Adapun untuk zona merah yakni Dusun Grogol 1,II,III,IV,V di Desa Bejiharjo, Karangmojo, hingga wilayah Wonosari yang berbatasan Grogol IV, yakni Dusun Tawarsari di Desa Wonosari dan Dusun Kajar III di Desa Karangtengah. "Kita terus upayakan untuk 

Untuk zona kuning, yakni di Padukuhan Grogol II, Gunungsari, Banyubening I, Banyubening II, Kulwo Desa Bejiharjo. Kedung I, Kedung II, Desa Karang Tengah, Budegan I, Budegan II, Desa Piyamam dan Selang II, Desa Selang. 

Perlu diketahui beberapa ekor sampi di kawasan Dusun Grogol IV, Desa Bejiharjo, mati mendadak postif antraks pada bulan Mei 2019 lalu. (K125-17)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com