BANYUMAS, KOMPAS.com — Warga Grumbul Karanggandul, Desa Pasinggangan, Kecamatan/Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, digegerkan dengan temuan empat kerangka manusia di kebun belakang rumah Misem, Sabtu (24/8/2019) petang.
Keempat kerangka tersebut diduga merupakan satu keluarga, yakni kakak beradik Ratno, Yono (50), Heri (40) dan Pipin, anak Ratno.
Mereka diketahui telah "menghilang" dari rumah orangtuanya, Misem, sejak empat atau lima tahun lalu.
Kerangka tersebut kali pertama diketahui Rasman (63), warga setempat, saat sedang membersihkan kebun di belakang rumah Misem, Kamis (22/8/2019).
Saat sedang mencangkul tanah, dia menemukan kain di dalam tanah dan tengkorak manusia.
Namun, saat itu Rasman tidak langsung memberitahukan temuan tersebut kepada orang lain.
Baca juga: 4 Kerangka Manusia yang Ditemukan di Kebun Warga Diduga Satu Keluarga
Pada Sabtu (24/8/2019), Rasman baru menceritakan temuan tersebut kepada Saren (55), yang rumahnya berada di belakang kebun.
Kerangka ditemukan terpendam di kebun, tepatnya di sebuah lubang bekas kubangan lumpur dengan lebar kurang lebih 1 meter, panjang 1 meter, dan kedalaman hanya sekitar 50 sentimeter.
Setelah dilakukan penggalian, polisi menemukan empat tengkorak manusia beserta tulang-belulang dengan jumlah cukup banyak.
Di lokasi tersebut, polisi juga menemukan pakaian yang diduga milik korban, antara lain berupa baju dan celana dengan warna ungu dan abu-abu.
Bahkan, di salah satu saku celana yang ditemukan, terdapat HP dan korek api. Di lubang yang sama juga ditemukan benda lain, seperti sandal.
Keempat kerangka tersebut diduga merupakan kakak beradik anak dari Misem, yaitu Ratno, Yono (50), Heri (40), serta seorang perempuan bernama Pipin, anak Ratno.
Dugaan tersebut muncul karena selama ini keempat orang tersebut dilaporkan "menghilang".
Berdasarkan informasi yang diterima warga dari keluarga, keempat orang tersebut merantau ke luar kota, tetapi tidak pernah kembali hingga saat ini.
Baca juga: 2 Kerangka Gosong di Kapal Roro yang Meledak Berhasil Diidentifikasi
Keluarga Misem selama ini dikenal tertutup dan jarang bersosialisasi dengan tetangga di sekitarnya sehingga warga tidak tahu persis keseharian mereka.