Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika TNI atau Polri Melakukan Rasisme, Menhan Sebut "Ada Hukumannya"

Kompas.com - 24/08/2019, 17:37 WIB
Andi Hartik,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Menteri Pertahanan Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu menegaskan, siapapun yang melontarkan kalimat rasis terhadap mahasiswa asal Papua harus diproses hukum.

Bahkan, meskipun pelaku berasal dari institusi Polri maupun TNI.

"Siapa yang berbuat salah, entah tentara, entah polisi. Siapa saja, ada hukumannya, kita negara hukum," kata Ryamizard usai menjadi pembicara dalam Kuliah Umum Bela Negara dan Radikalisasi di Universitas Brawijaya (UB) Kota Malang, Sabtu (24/8/2019).

"Tidak ada orang bebas hukum di negara ini. Ini negara hukum," lanjut dia.

Baca juga: Masyarakat Papua di Jakarta Meminta Polisi Tindak Aparat yang Lakukan Rasisme

Meski demikian Ryamizard mengaku belum memantau tindak lanjut aparat penegak hukum terhadap pelaku rasisme terhadap mahasiswa asal Papua di Surabaya, Jawa Timur.

Ia yakin, polisi bekerja teliti untuk mengungkap pelakunya.

"Prosesnya saya belum tahu. Tapi yang jelas, polisi dan TNI sudah ambil tindakan," ungkap Ryamizard.

Diberitakan, gelombang aksi massa terjadi di sejumlah daerah di Provinsi Papua dan Papua Barat, sejak Senin (19/8/2019) lalu.

Baca juga: Tri Susanti dan 5 Anggota Ormas Diperiksa Terkait Kasus Rasisme Mahasiswa Papua

Mereka memprotes tindakan rasisme dan diskriminasi yang diduga menimpa mahasiswa asal Papua di Surabaya, Semarang dan Malang.

Di Manokwari, Fakfak dan Timika, gelombang berubah menjadi kerusuhan. Fasilitas umum dibakar sebagai bentuk kekecewaan warga Papua.

Polisi sudah menetapkan tersangka atas kerusuhan-kerusuhan itu. Namun, hingga saat ini, polisi belum menetapkan seorang pun menjadi tersangka tindakan rasisme. 

 

Kompas TV Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyatakan, sanksi tegas akan diberikan kepada aparat TNI, jika terbukti melakukan tindakan presekusi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur. Selain itu, karena TNI memiliki hukum sendiri, maka sanksi yang diberikan juga akan sesuai dengan hukum yang berlaku. Moeldoko menjelaskan, Jokowi berdialog untuk menjaga stabilitas keamanan negara. Apalagi, ada beberapa kelompok yang memanfaatkan kerusuhan ini untuk memecah belah bangsa. Namun, menurut analisa Moeldoko, ada sejumlah kelompok yang tak senang melihat presiden jokowi membangun infrastruktur di papua dan papua barat secara besar-besaran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com