Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wacana Bekasi Gabung Jakarta, Kewenangan Pusat hingga Butuh Biaya Besar

Kompas.com - 23/08/2019, 15:25 WIB
Candra Setia Budi

Editor

KOMPAS.com — Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menilai, rencana Bekasi gabung Jakarta sebagai keinginan yang wajar. Namun, untuk itu ia menyebut ada beberapa konsekuensi yang akan dihadapi.

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi meyakini sebagian besar warga setuju apabila Kota Bekasi bergabung dengan Jakarta.

Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) secara tersirat menutup kemungkinan Kota Bekasi bergabung dalam Provinsi DKI Jakarta yang sedang hangat dibicarakan.

Kepala Pusat Penerangan Kemendagri Bahtiar mengatakan, pemerintah pusat masih memoratorium atau menghentikan sementara wacana pembentukan daerah otonom baru.

Berikut ini fakta lengkapnya:

1. Kewenangan pusat

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat ditemui di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Rabu (14/8/2019).KOMPAS.COM/DENDI RAMDHANI Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat ditemui di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Rabu (14/8/2019).

Ridwan Kamil menegaskan, rencana pembentukan daerah otonomi baru merupakan kewenangan pemerintah pusat.

Ia mengaku hanya bisa memberikan masukan kepada pemerintah pusat.

"Makanya saya mah ikut arahan pemerintah pusat karena kewenangannya bukan di provinsi. Saya hanya menjalankan eksisting sistem yang ada. Sistemnya begini saya kawal, pusat ada pertimbangan saya beri masukan. Keputusan akhirnya di presiden," katanya.

Baca juga: Muncul Wacana Bekasi Gabung Jakarta dan Bogor Raya, Ini Kata Ridwan Kamil

2. Yakin warga setuju

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi atau akrab disapa Pepen di Alun-alun Kota Bekasi, Minggu (10/3/2019).KOMPAS.COM/ RINDI NURIS VELAROSDELA Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi atau akrab disapa Pepen di Alun-alun Kota Bekasi, Minggu (10/3/2019).

Rahmat meyakini warganya setuju apabila Kota Bekasi bergabung dengan Jakarta.

"Kalau dijajak pendapat, pasti 60, 70, 80 persenlah karena DKI kan punya support yang luar biasa," ujarnya.

Rahmat mengatakan, ia sendiri sebetulnya tak ambil pusing dengan wacana-wacana pemekaran wilayah yang santer diberitakan belakangan ini.

Ia hanya tak setuju jika Bekasi masuk dalam Provinsi Bogor Raya karena sejarah dan kultur Bekasi dianggap lebih dekat dengan Jakarta.

Baca juga: Wali Kota Bekasi Yakin Mayoritas Warganya Setuju Gabung DKI

3. Butuh biaya besar

Kapuspen Kemendagri, BahtiarDok. Kemendagri Kapuspen Kemendagri, Bahtiar

Bahtiar mengatakan, setiap satu daerah yang akan melakukan otonomi membutuhkan dana besar.

"Satu daerah persiapan otonomi itu kita paling tidak membutuhkan uang Rp 300 miliar sampai Rp 500 miliar per tahun," ujar Bahtiar di Kantor Kemendagri, Rabu (21/8/2019).

Dijelaskan Bahtiar, sejak 2014 terdapat 315 daerah yang mengajukan pemekaran kepada Kemendagri.

Pemerintah membutuhkan biaya yang sangat besar untuk dapat mengabulkan itu semua.

Baca juga: Bekasi Ingin Gabung Jakarta, Kemendagri: Pemekaran Wilayah Butuh Dana Besar

4. Kecemburuan Masyarakat

Pengamat politik Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung Asep Warlan Yusuf‎.KOMPAS.com/Putra Prima Perdana. Pengamat politik Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung Asep Warlan Yusuf‎.

Pengamat hukum dan tata negara Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Asep Warlan Yusuf mengatakan, munculnya isu sejumlah daerah yang ingin pisah dengan Jawa Barat merupakan bentuk kecemburuan masyarakat dalam aspek sosial dan ekonomi.

Menurut dia, hal itu disebabkan wilayah DKI Jakarta dinilai lebih maju, padahal sumbangan pendapat dari Bekasi ke Jabar salah satu yang terbesar.

"Karena wilayah perbatasan itu memang kecemburuannya tinggi. DKI sangat bagus, jalan mulus, perumahan, kesehatan, pendidikan, tapi sebelahnya wilayah Jabar agak kurang, timbullah kecemburuan," ujar Asep saat dihubungi via telepon seluler, Kamis (22/8/2019).

Baca juga: Pengamat Unpar: Kecemburuan Jadi Sebab Bekasi Ingin Gabung Jakarta

5. Banyak dampak positif

Ilustrasi pembangunan apartemen di tengah kota Jakarta. Kompas/Agus Susanto (AGS) Ilustrasi pembangunan apartemen di tengah kota Jakarta.

Asep menilai, banyak dampak positif dengan bergabungnya Bekasi ke DKI Jakarta.

Seperti perhatian pembangunan infrastruktur, pelayanan pendidikan dan kesehatan.

"Sepanjang rencana itu untuk menyejahterakan rakyat, bukan menyusahkan sah saja secara hukum. Mungkin nanti juga ada Depok atau misalnya Banten yang melepaskan Tangerang menjadi DKI Raya," katanya.

Sumber: KOMPAS.com (Dendi Ramhani, Vitorio Mantalean)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com