Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga Jadi Korban Kekerasan Pelatih dan Alumni, Siswa SMA Masuk Rumah Sakit

Kompas.com - 21/08/2019, 18:10 WIB
Rosyid A Azhar ,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com — Kasus dugaan kekerasan terhadap siswa terjadi di SMA Terpadu Wirabakti di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.

M Akbar (16), siswa SMA Terpadu yang diduga menjadi korban kekerasan, saat ini masih dalam perawatan dokter di RS Aloei Saboe, Gorontalo.

Diduga ia mendapat kekerasan dari alumni, pelatih, dan senior saat berada di sekolah.

SMA Terpadu Wirabakti merupakan sekolah berasrama yang menerapkan aturan dan disiplin tinggi.

“Sejak Senin anak saya mendapat perawatan di Rumah Sakit Aloei Saboe akibat (dugaan) kekekerasan yang dilakukan oleh tiga orang, pelatih, alumni, dan seniornya. Kami belum diperbolehkan pulang karena masih menunggu CT-scan,” kata Nirwana Dunda, orangtua Akbar, Rabu (21/8/2019).

Baca juga: Terdakwa Pembunuhan Taruna ATKP Makassar Divonis 10 Tahun Penjara

Menurut Nirwana, anaknya mendapat pukulan di kepala dengan tumbler air minum, rotan di betis dan di beberapa bagian tubuh lainnya. Pemukulan ini terjadi setelah diketahui M Akbar mengisap rokok.

Nirwana juga menjelaskan berdasar pengakuan anaknya, penganiayaan dilakukan di depan barak yang disaksikan oleh siswa lainnya.

“Mungkin pesan kepada siswa lain agar tidak melanggar aturan, tapi apakah dengan cara begini,” ujar Nirwana.

Kasus kekerasan yang menimpa anaknya ini terkuak saat anaknya minta izin pulang ke rumah karena alasan sakit.

Pihak keluarga korban sudah melaporkan kasus ini ke Polres Bone Bolango. Kasus in juga akan dilaporkan ke Polda Gorontalo.

Kepala Sekolah SMA Terpadu Wirabakti Yusman Ekie saat dikonfirmasi mengatakan pihaknya masih fokus pada identifikasi data dan fakta.

“Kami tetap menjunjung tinggi kehormatan orangtua sehingga enggan membuka kondisi apa adanya dan tingkat kesulitan kami membentuk korban menjadi orang baik ke publik,” kata Yusman.

Yusman mengatakan dalam keadaan apa pun, pihak orangtua korban dan keluarga tidak bisa menerima pernyataan yang berbeda dengan pandangan mereka.

“Apalagi pendapat yang melukai perasaan mereka walau hal itu adalah suatu fakta. Bagi kami, meluruskan kesalahpahaman dan saling menerima keadaan antarpihak adalah upaya terbaik, menyelesaiakan masalah termasuk kondisi fisik dan psikis korban dan pelaku," ujarnya.

"Baik korban maupun pelaku adalah anak-anak kami juga. Mereka berhak mendapatkan keadilan sesuai dengan tingkat tindakan dan kondisi mereka,” ujar Yusman.

Untuk menyelesaikan kasus ini, pihak SMA Terpadu Wirabakti masih melakukan komunikasi intensif dengan orangtua dan keluarga untuk bersedia menyelesaikan masalah ini dengan duduk bersama.

“Kami mengagendakan bertemu setelah anaknya pulih,” ujar Yusman.

Baca juga: Obby, Penganiaya Siswa Taruna hingga Tewas Segera Jalani Sidang Perdana

Sekolah juga menjaga kondisi psikologis tim pembina, purna dan taruna-taruni agar tidak melakukan upaya yang melampaui batas dan memperkeruh masalah.

Sekolah akan mengambil tindakan kepada pelaku tindak kekerasan yang setimpal dengan tingkat perbuatannya.

“Kami juga berkoordinasi dan menerima masukan dari para orangtua terkait pola pembinaan yang bisa melibatkan semua unsur,” kata Yusman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com