MEDAN, KOMPAS.com - Memperingati hari Kemerdekaan Tanah Air tercinta bisa dilakukan dengan banyak cara. Tak harus di lapangan luas, tapi di sungai pun jadi.
Lebih penting dari itu adalah mengokohkan keutuhan masyarakat dan sama-sama bangkit demi perubahan yang lebih baik. Sekaligus mengingatkan penguasa agar mau membuka mata dan hatinya terhadap kehidupan rakyatnya.
Hal tersebut diungkapkan Budi Bahar Yong usai upacara bendera yang dilakukan di Sungai Deli, tepatnya di Kampung Aur, Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Sabtu (17/8/2019).
Ya, masyarakat di sini kembali melakukan upacara kemerdekaan di sungai setelah setahun lalu ditiadakan karena kemunculan buaya.
Sejak pukul 09.00 WIB, puluhan anak-anak dan warga mulai turun ke sungai dan berbaris. Mereka mengikuti upacara sambil berendam di sungai dangkal berarus itu dan disaksikan ratusan warga lainnya dari atas bantaran sungai dan jembatan.
Tak berapa lama seluruh perangkat upacara sudah siap di tempatnya. Pukul 09.50 wib peserta upacara menyanyikan lagu Indonesia Raya dan bendera berhasil dikerek ke tiang bendera.
Menurut Budi sebagai pembina upacara, upacara sengaja dilakukan dengan cara berbeda yakni di sungai untuk menunjukkan bahwa hubungan masyarakat dengan sungai sangat erat. Sungai Deli itu sendiri, ungkapnya, memiliki nilai sejarah dalam perjuangan meraih kemerdekaan.
Bagaimana pun kondisinya saat ini, Sungai Deli yang seringkali banjir apalagi ketika hujan deras terus menerus harus dilindungi dari kerusakan-kerusakan dan melestarikannya. Bagaimanapun, lanjut dia, Sungai Deli harus dimanfaatkan untuk banyak hal.
Masyarakat, lanjut dia, sangat menginginkan sungai ini seperti dulu, jernih dan lestari. Sungai Deli merupakan sungai bersejarah dan di sinilah kita membuat sejarah, upacara bendera dilaksanakan di sini.
Resah karena jalan tol
Budi menambahkan, melalui upacara ini masyarakat ingin menggaungkan keresahannya kepada pemerintah. Dalam beberapa waktu terakhir, masyarakat mengetahui adanya sebuah rencana dari media dan kepala lingkungan. Rencana itu adalah pembangunan jalan tol di Kota Medan.
Dari informasi yang diterimanya, pembangunan jalan tol itu akan berimbas pada penggusuran masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Deli.
Kebanyakan masyarakat di sini, kata dia, tidak mau dipindahkan. Soal banjir yang selalu melanda tempat tinggal masyarakat, menurut dia, yang dibutuhkan adalah penataan, bukan penggusuran.
"Kalau mau jalan tol, kan belum macet kali Medan ini kan. Bicara banjir, itu karena adanya penyumbatan. Semua drainase larinya ke sungai. Kanal pun tak berfungsi," katanya.
Menurutnya, jika nantinya benar-benar terjadi, maka yang harus menjadi pertimbangan adalah bahwa masyarakat memiliki sejarah di atas tanahnya. Kemudian, mereka selama ini membangun kehidupannya di pinggiran sungai maka harus dipikirkan bagaimana masa depannya, tidak bisa hanya menggusurnya.