Menurut cucunya, kakeknya juga punya keahlian membuat peti mati.
"Kakek juga pembuat peti mati. Dulu ada yang suka membawa bahan peti mati. Lama-kelamaan suka buat sendiri, dipahat sendiri. Dia buat peti mati untuk masyarakat sekitar Karawang," jelas Yanto.
Djiauw Kie Siong meninggal pada tahun 1964 karena sakit paru-paru.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Soekarno dan Hatta Dibawa ke Rengasdengklok
Kala itu, bebarengan dengan pengamanan Bung Karno dan Bung Hatta di rumah Djiaw Kie Siong di Rengasdengklok, di Kantor Kawedanan Rengasdengklok juga digelar upacara penurunan bendera Jepang kemudian pengibaran bendera merah putih.
Sayangnya, saat itu Soekarno-Hatta tidak berkenan hadir.
Tentara PETA saat itu, Kapten Masrin Muhammad kemudian mengumpulkan orang-orang di Rengasdengklok untuk mengikuti upara tersebut.
Masrin juga menjamin keamanan saat itu. Upacara dipimpin oleh Camat Rengasdengklok saat itu, R. Socho Hadipranoto.
"Saat itu (16 Agustus 1945) upacara digelar tanpa protokoler, hanya diiringi salawatan. Karena saat itu belum ada lagu Indonesia Raya. Oleh karenanya pada upacara yang kami lakukan saat ini (16 Agustus 2018), setelah bendera merah putih berkibar baru lagu Indonesia Raya dikumandangkan," ujar Edi Supriadi, Komando Lapangan Bale Hideung Karawang, Kamis (16/8/2018).
Ia bersama sekolompok pemuda dari Bale Hideung dan Pemuda Rengasdengklok menggelar upacara pengibaran bendera Merah Putih dengan khidmat, bak 16 Agustus 1945, pada tahun 2018 lalu.
Namun saat ini tempat ini sekarang terbengkalai lantaran Kantor Kecamatan Rengasdengklok telah pindah di dekat Tugu Kebulatan Tekad Rengasdengklok
Saat itu, secara kebetulan rumahnya dipilih untuk tempat singgah Bung Karno karena tempatnya rimbun dan tersembunyi.
Pada 1957, rumah asli Djiauw Kie Siong yang awalnya di pinggiran Sungai Citarum dipindahkan di lokasi yang berjarak sekitar 150 meter dari tempat aslinya di Kampung Bojong untuk menghindari abrasi.
Hingga saat ini kamar tempat Soekarno dan Hatta menginap masih terjaga baik.
Namun kasur yang digunakan Soekarno saat itu telah dipindahkan ke Museum Tentara di Bandung atas perintah Mayjen Ibrahim Adjie yang saat itu menjabat Panglima Divisi Siliwangi.
Baca juga: Mengingat Peristiwa Rengasdengklok: Bendera Jepang Diturunkan, Merah Putih Dikibarkan (1)
Sementara markas PETA sendiri sudah dibongkar. Di lahan itu dibangun Monumen Kebulatan Tekad yang dibangun tahun 1950-an seharga Rp 17.500.
"Kalau di buku sejarah itu dia dikenal hanya sebatas rumahnya dipakai. Di dalam Wikipedia yang baru, nama Djiauw Kie Song itu namanya Stephen yang mau baca proklamasi. Bukan. Proklamasi itu ditulis di rumah Tadashi Maeda dan Bung Karno itu tidak menginap," ujar Rushdy.
SUMBER: KOMPAS.com (Wahyu Adityo Prodjo, Jonathan Adrian, Farida Farhan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.