Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Punahnya Komodo di Pulau Padar, Perburuan Liar hingga Pembakaran Lahan

Kompas.com - 16/08/2019, 18:38 WIB
Rachmawati

Editor

Komodo muda sampai berumur dua tahun menghabiskan sebagian besar waktu mereka di pohon untuk melindungi diri dari serangan Komodo yang lebih besar atau predator lainnya seperti babi hutan. Komodo dewasa memangsa rusa, babi hutan, kuda, dan kerbau air.

Baca juga: 7 Ekor Rusa Mati Selundupan dari Pulau Komodo Dimusnahkan

 

Simbol nasional

Komodo adalah pemakan bangkai binatang. Binatang purba raksasa ini menggunakan lidahnya untuk mencium bau hingga jarak 5 kilometer.

Air liur komodo disebut mengandung 60 jenis bakteri dan paling tidak salah satu bakteri dapat menyebabkan keracunan pada darah. Biasanya mangsa yang digigit akan mati sehari sampai beberapa minggu kemudian akibat keracunan.

Iriyono menjelaskan, musim kawin Komodo terjadi pada bulan Juli-Agustus. Komodo betina dapat menghasilkan telur lebih dari 30 butir setiap sarang dan akan menetas 5-6 bulan kemudian.

Kawasan Pulau Padar kemudian ditetapkan sebagai bagian dari Taman Nasional Komodo pada 6 Maret 1980 dan dinyatakan sebagai Cagar Manusia dan Biosfer pada 1977 sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada 1991.

Baca juga: 8 Ekor Rusa Diselundupkan dari Pulau Komodo, 7 Dalam Kondisi Mati

Selain itu, komodo juga dinobatkan sebagai simbol nasional oleh Presiden Soeharto pada tahun 1992 sebagai Kawasan Perlindungan Laut dan juga sebagai salah satu Taman Nasional Model di Indonesia pada tahun 2006.

Taman Nasional Komodo memiliki luas 173.300 hektare, meliputi wilayah daratan dan lautan dengan lima pulau utama, yakni Pulau Komodo, Padar, Rinca, Gili Motang, Nusa Kode, dan juga pulau-pulau kecil lainnya.

Kepulauan tersebut dinyatakan sebagai taman nasional untuk melindungi komodo yang terancam punah dan habitat serta keanekaragaman hayatinya di wilayah tersebut.

Sedangkan taman lautnya dibentuk untuk melindungi biota laut yang sangat beragam di wilayah perairan sekitarnya.

Taman Nasional Komodo semakin popular sehingga jumlah pengunjung taman nasional ini terus bertamba dan dipastikan bisa menganggu habitat komodo secara tidak langsung.

Baca juga: Warga Labuan Bajo Demo Tolak Rencana Penutupan Pulau Komodo

Hal tersebut juga memicu wacana penutupan sementara Taman Nasional Komodo mulai 2020.

Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskoda mengatakan Taman Nasional Komodo ditutup sementara guna menata ulang taman itu agar jadi indah, aman, dan lebih teroganisir dari sebelumnya.

Selain itu penutupan dilakukan agar ketersediaan makanan komodo lebih terjamin serta untuk melestarikan hutan, juga lingkungan guna menjaga habitat komodo. Penataan taman ini juga dilakukan untuk melindungi komodo dari kepunahan.

Baca juga: Bedanya Komodo Pulau Flores dan yang Ada di Taman Nasional

 

Direvitalisasi

Nasib suku Komodo di Pulau Komodo (ANTARA Foto/dok)Antaranews Nasib suku Komodo di Pulau Komodo (ANTARA Foto/dok)
Sejak tahun 2010, jumlah pengunjung Taman Nasional Komodo tercatat sekitar 44.672, tahun 2011 ada 48.010 pengunjung, tahun 2012 ada 49.982 pengunjung, 63.801 pengunjung di tahun 2013, dan tahun 2014 ada 80.626 pengunjung.

Angka semakin meningkat pada 2015, yakni 95.410 pengunjung dan tahun 2016 ada 107.711 pengunjung. Sementara hingga bulan September 2017 jumah pengunjung mencapai 98.305 orang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com