Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tugu 'Sentul' Jombang, Monumen Pejuang Kemerdekaan yang Kini Tak Terawat

Kompas.com - 16/08/2019, 09:29 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Sebuah tugu yang diyakini sebagai monumen untuk mengenang jasa para pahlawan dan pejuang kemerdekaan, tampak berdiri tegak di sebuah gang di samping rumah warga di wilayah Desa Kedungrejo, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Tugu tersebut berada di sebelah barat jalan raya Jombang - Lamongan, tepatnya di persimpangan jalan Desa Sentul, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Meski agak kusam, tugu tersebut memiliki warna dasar putih. Bentuknya seperti lingga atau paku terbalik dan jika diukur dari permukaan tanah, ketinggiannya sekitar 5 meter.

Pada bagian atas tugu, terdapat sebuah bintang dari logam yang masih terpasang. Namun, posisi bintang itu sudah tidak tegak lagi.

Baca juga: Kisah Abah Landoeng Jadi Guru di Zaman Perang Kemerdekaan, Keliling Mengajar Pakai Sepeda Tanpa Digaji

Tugu itu dibangun pada tahun 1957. Hal itu nampak dari tulisan yang tertera dan masih jelas terbaca, yakni 10 Nopember 1957. Pada bagian bawah, tertera tulisan Hayam Wuruk.

Sayangnya, bangunan berusia 62 tahun itu tak terawat. Padahal, tugu itu dibangun untuk mengenang jasa dan patriotisme para pejuang kemerdekaan.

'Tugu Sentul', demikian penyebutan akrab untuk bangunan itu, diyakini sebagai monumen penghargaan kepada para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia, saat pecahnya perang 10 November 1945.

Cerita perang lawan Belanda dan sekutu

Berdasarkan cerita tutur yang berkembang, saat meletusnya perang melawan tentara Belanda dan Sekutu di Surabaya, wilayah Sentul dan Kedungrejo menjadi salah satu basis atau tempat berkumpulnya para tentara Hisbullah, sekaligus sebagai basis pertahanan.

"Menurut keterangan almarhum Mbah Muhsin (anggota pasukan Hisbullah), dulu ada dua peristiwa penting di daerah sini. Beliau menyebutnya, peristiwa Sekutu dan Agresi," ungkap Kuswartono (45), warga Desa Kedungrejo, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, kepada Kompas.com, Kamis (15/8/2019).

Almarhum Muhsin sebagaimana dituturkan Kuswartono, adalah anggota pasukan Hisbullah yang turut serta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia saat meletusnya perang 10 November.

Mbah Muhsin meninggal dunia pada tahun 2010 lalu, pada usia 90 tahun lebih.

Mbah Mukhsin merupakan salah satu Pasukan Hisbullah yang juga merupakan salah satu santri dari KH Hasyim Asy'ari, Pendiri Nahdlatul Ulama (NU). 

Baca juga: Pejuang Kemerdekaan Asal Sulsel Andi Sose Tutup Usia di 89 Tahun

Dari Mbah Muhsin, Kuswartono mengaku memperoleh sedikit cerita tentang Tugu 'Sentul' yang kini berada di wilayah Desa Kedungrejo, Kecamatan Megaluh, bagian timur.

Desa Kedungrejo berbatasan langsung dengan Desa Sentul, Kecamatan Tembelang.

Kedua desa ini dipisahkan oleh jalan raya Jombang - Lamongan, dimana Desa Kedungrejo di sebelah barat jalan raya, sedangan Desa Sentul di sebelah timur jalan raya.

Kuswartono menuturkan, berdasarkan cerita dari Mbah Muhsin, Tugu tersebut dibangun karena di wilayah itu pernah menjadi salah satu basis pertahanan dan berkumpulnya anggota pasukan kemerdekaan.

Tugu tersebut dibangun antara tahun 1956 - 1957. 

"Tugu itu dibangun waktu zamannya Pak Lurah Jo, Lurah Sentul. Itu sekitar tahun 1956 - 1957, waktu itu yang menjadi Camat Tembelang, Pak Kusno. Kalau lurah Kedungrejo, waktu itu Pak Sumo," ungkapnya membagikan cerita dari Mbah Muhsin.

Baca juga: Melihat Monumen Kebulatan Tekad, Peringatan Sejarah Bangsa yang Dibangun dengan Biaya Rp 17.500

Mirip Tugu Pahlawan Surabaya

Penampakan (bagian atas) tugu pahlawan di Desa Kedungrejo, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Tugu tersebut dibangun pada tahun 1957 dan diyakini sebagai monumen untuk mengenang jasa para pejuang dan pahlawan kemerdekaan Indonesia.KOMPAS.com/MOH. SYAFIÍ Penampakan (bagian atas) tugu pahlawan di Desa Kedungrejo, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Tugu tersebut dibangun pada tahun 1957 dan diyakini sebagai monumen untuk mengenang jasa para pejuang dan pahlawan kemerdekaan Indonesia.
Menurut Kuswartono, monumen perjuangan yang ada di Desa Kedungrejo, dulunya merupakan bangunan yang mirip dengan Tugu Pahlawan di Surabaya. Namun, ukurannya lebih kecil.

Sayangnya, ujar Kuswartono, tak banyak referensi yang bisa mengungkap bagaimana kondisi awal dan perjalanan tugu pahlawan yang ada di desanya itu. Cerita tentang Tugu 'Sentul' di Kedungrejo, lebih banyak muncul dari penuturan warga.

Warga Desa Sentul, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Ahmad (67) menuturkan, sebelum dibangun jalan raya Jombang - Lamongan, Tugu yang berada di pinggir jalan raya itu berdiri gagah. 

"Kalau sampeyan tahu tugu Pahlawan, ya seperti itu bentuknya dulu. Dulu ya tinggi dan kelihatan dari Desa Sentul," katanya saat ditemui di sekitar lokasi Tugu.

Baca juga: Diamnya Napi Teroris Saat Ditanya soal HUT Kemerdekaan RI...

Menurut Ahmad, posisi jalan yang terus bertambah tinggi, membuat posisi Tugu 'Sentul' semakin rendah. Belum lagi, ada bangunan rumah pada sisi utara dan selatan yang membuat Tugu makin tidak kelihatan.

"Tapi sekarang, kalau tidak mendekat ya tidak kelihatan . Dulu ada 'undak-undakannya' (pelataran dan tangga mengelilingi tugu)," ungkap pria yang bekerja sebagai penarik becak ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com