Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Ritual Jamasan Pusaka Bertuah Peninggalan Sunan Kudus yang Mampu Padamkan Api

Kompas.com - 16/08/2019, 09:01 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KUDUS, KOMPAS.com - Pusaka peninggalan Sunan Kudus (Syekh Ja'far Shodiq) yakni keris Kiai Cinthaka dan dua tombak trisula dijamas (dibersihkan) di tajug (Gazebo) kompleks Masjid Menara Kudus, Jawa Tengah Kamis (15/8/2019). 

Tradisi penjamasan senjata tradisional yang diperkirakan berusia sekitar 600 tahun itu dikerjakan oleh para ahli jamas pusaka yang dipimpin oleh Kiai Fakihudin.

Budaya penjamasan pusaka warisan ulama kesohor yang tergabung dalam "Walisongo" itu digelar rutin setiap tahun oleh Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK). 

Tepatnya, pada bulan Zulhijjah di hari Senin atau Kamis pertama setelah hari Tasyrik (tanggal 11,12, dan 13 Zulhijjah) 

Baca juga: Mengintip Ritual Jamasan Keris dan Tombak Peninggalan Sunan Kudus

Ritual penjamasan dimulai pada pagi sekitar pukul 07.00 WIB dengan diawali pembacaan doa tahlil hingga pembacaan ayat Al Quran. Sebelum dilaksanakan ritual penjamasan, diawali terlebih dahulu dengan berziarah ke Makam Sunan Kudus.

Selama ini, Keris Kiai Cinthaka yang berkelok sembilan itu disimpan khusus di atas Tajug, sementara dua tombak trisula terpasang di mihrab Masjid Menara Kudus.

Dalam proses penjamasan, pusaka Sunan Kudus tersebut dicelup dan disiram dengan "banyu londo" atau air rendaman merang ketan hitam. Senjata tradisional itu kemudian dibersihkan menggunakan air jeruk nipis dan bubuk warangan. Benda pusaka tersebut selanjutnya dijemur di atas sekam ketan hitam.

Konon, air jeruk nipis dan bubuk warangan dipercaya dapat mempertahankan keaslian atau mencegah karat pada benda pusaka yang berumur ratusan tahun tersebut. 

Baca juga: Jamasan Kereta Pusaka Keraton Yogyakarta dan Sisa Air yang Dipercaya Bawa Berkah

"Warangan kami datangkan khusus dari Keraton Solo untuk menjamas pusaka Sunan Kudus. Pusaka juga kami beri wewangian non alkohol yang didatangkan dari Makkah," kata Ketua YM3SK, M Nadjib Hassan.

Keris bertuah padamkan api 

Dijelaskan Nadjib, Keris Kiai Cinthaka merupakan pusaka pribadi Sunan Kudus. Dalam tradisi Jawa pada masa itu, hampir setiap orang memiliki pusaka pribadi.

Hal itu merupakan bentuk kesiap-siagaan dalam menjalani hidup. Ternyata hal itu juga dipraktikkan oleh Sunan Kudus pada masa itu.

Keris Kiai Cinthaka adalah pusaka bertuah Sunan Kudus. Suatu ketika, sambung Nadjib, keris Kiai Cinthaka pernah dipinjam oleh pihak Kraton Solo. Saat itu terjadi kebakaran di Keraton Solo.

Baca juga: Air Jamasan Kebo Bule Saat Satu Suro Jadi Incaran Warga

Konon, setelah keris itu dihunuskan, api yang membakar kraton seketika padam. Hal itulah yang membuat pihaknya menjalin hubungan baik sampai saat ini dengan Keraton Solo. 

"Tradisi ini turun menurun dari leluhur kami untuk menjaga kelestarian peninggalan Sunan Kudus. Yang terpenting, kita ambil sisi positifnya," kata Nadjib.

Dalam kegiatan penjamasan pusaka Sunan Kudus, meskipun hanya mengundang kalangan tertentu namun masyarakat umum yang hendak menyaksikan diperbolehkan.

Tradisi makan opor

Rampung prosesi penjamasan, dilanjutkan dengan acara makan bersama dengan menu khas jajanan pasar dan nasi opor ayam panggang . 

Pemilihan jajan pasar karena sebagai bentuk dan upaya melestarikan tradisi leluhur. Sementara untuk opor ayam panggang dipilih karena merupakan menu kesukaan Sunan Kudus semasa hidup. 

"Menu hidangan sama setiap tahunnya," pungkasnya.

Baca juga: Malam Satu Suro, Ribuan Warga di Solo Rebutan Air Jamasan Pusaka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com