Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Dodi dan Imam di Balik Kasus Asmara Berdarah Prada DP, Siapa Mereka?

Kompas.com - 16/08/2019, 06:17 WIB
Aji YK Putra,
Farid Assifa

Tim Redaksi

"Lalu Imam menyarankan terdakwa untuk membakar tubuh korban. Terdakwa lalu kembali ke penginapan untuk membakar, namun niat itu nggak jadi karena merasa kasihan," ujar Oditur melanjutkan hasil berkas pemeriksaan Dodi.

Temui Hasanudin untuk belajar mengaji

Imam mengenal sosok Hasanudin. Ia lalu mendatangi kediaman saksi sembari membawa terdakwa DP bersama Dodi.

Baca juga: Penyesalan Prada DP Usai Mutilasi Pacar: Saya Doakan Terus Usai Shalat

Ketika berada di sana, Imam menyebutkan Prada DP sedang ada masalah di rumah, sehingga terdakwa ingin tobat dan belajar mengaji.

Karena tak melihat gelagat mencurigakan, Hasanudin siap membantu terdakwa DP. Ia menyarankan agar Prada DP belajar di pondok pesantren di Serang, Banten.

Keduanya lalu berangkat dengan bermodalkan uang hasil penjualan motor serta tambahan dari orangtua terdakwa. Dari berkas pemeriksaan itu, kedua orangtua DP juga mengetahui bahwa anak mereka telah membunuh Fera.

"Saksi Hasanudin menyarankan agar terdakwa belajar di pesantren di Banten. Keduanya lalu berangkat. Hasanudin baru mengetahui jika terdakwa bermasalah ketika berada di sana," ungkapnya.

Prada DP sebut Dodi sarankan jenazah Fera dipotong dua

Prada DP menyampaikan pernyataan mengejutkan saat menjalani sidang ke-5 di Pengadilan Militer I-04 Palembang, Kamis (15/8/2019).

Seluruh keterangan itu bertolak belakang apa yang diucapkan saksi. Dalam berkas pemeriksaan sebelumnya, Dodi disebutkan menolak untuk menyiapkan parang, kapak dan gergaji besi.

Namun, menurut Prada DP, Dodi memberikannya kantong plastik berukuran besar yang akan digunakan untuk memasukkan tubuh Fera.

"Kantong plastik itu untuk memasukkan jenazah Fera setelah dipotong, agar darahnya tidak netes. Setelah dari rumah Dodi saya membeli tas dan koper di pasar," ujar Prada DP. 

Saat bertemu Dodi, Prada DP mengaku bahwa pamannya itu menyarankan agar jenazah korban dipotong menjadi dua bagian dan dimasukkan ke koper sehingga bisa dibawa keluar kamar.

Mendapatkan saran tersebut, ia kembali membeli gergaji besi di toko bangunan dekat rumah pamannya itu. 

"Saya minta tolong Dodi untuk membantu memotongnya, Dodi tidak mau. Saya balik lagi ke penginapan," jelasnya. 

Baca juga: Pengakuan Prada DP, Dilarang Menyerahkan Diri hingga Merasa Dibuntuti

Ketika di penginapan, Prada DP kembali melanjutkan untuk memotong tangan Fera. Namun ia lalu merasa iba dan mengurungkan niatnya tersebut.  

"Saya kembali lagi ke rumah dodi. Dodi lalu menelepon Imam (saksi yang meninggal) untuk meminta bantuan," ungkapnya. 

Saat Imam datang, ia menyarankan agar Prada DP membakar jenazah Fera yang ada di dalam kamar dengan menggunakan obat nyamuk bakar yang telah dibentuk menjadi "bom waktu".

"Seluruh tubuhnya saya siram pertalite, sekitar 9 liter. Kasur juga disiram, ketika obat nyamuk dihidupkan, saya kasihan jadi saya batalkan," ucapnya.

Ingin menyerahkan diri namun dilarang Dodi

Sosok Dodi juga disebut Prada DP sebagai orang yang melarangya untuk menyerahkan diri ke Polisi Militer ataupun satuan tempatnya berdinas usai membunuh Fera.

Niat menyerahkan diri itu muncul setelah upaya mutilasi yang dilakukan Prada DP gagal. Begitu juga dengan percobaan pembakaran tubuh korban.

"Dodi bilang tidak usah, dia yang menyarankan saya agar tidak menyerahkan diri," kata Prada DP, Kamis (15/8/2019).  

Dodi lantas menghubungi temannya bernama Imam. Lalu Prada DP disarankan untuk membakar jenazah Fera, namun usaha itu batal ia lakukan. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com