Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Papua Terlibat Bentrok dengan Warga di Kota Malang

Kompas.com - 15/08/2019, 19:58 WIB
Andi Hartik,
Khairina

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Mahasiswa asal Papua yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Kota Malang terlibat bentrok dengan warga di Perempatan Rajabali, Kayutangan, Kota Malang, Kamis (15/8/2019).

Bentrok terjadi sekitar pukul 9.00 WIB. Kedua kelompok massa yang terlibat bentrok saling lempar batu. Kondisi mulai kondusif sekitar dua jam kemudian, yakni pukul 11.00 WIB.

"Mereka saling lempar batu. Ada yang terluka," kata Abdullah, petugas parkir di lokasi itu.

Baca juga: Fakta Kasus Bentrok Saat Acara Lamaran, 1 Tewas, 5 Luka Parah hingga Pelaku Ditangkap Polisi

Seorang warga yang tengah melintas di perempatan itu menjadi korban bentrokan itu.

Dia adalah Jawat Bahonar, pegawai KPU Kota Malang yang mengalami luka robek di bagian wajah dan kepalanya.

Setelah keributan berhasil diredam, warga lantas diminta bubar. Sedangkan mahasiswa Papua itu diangkut melalui mobil polisi menuju basecamp mereka.

Kapolres Malang Kota, AKBP Asfuri mengatakan, Aliansi Mahasiswa Papua itu hendak mengadakan aksi demonstrasi di depan Balai Kota Malang.

Namun di tengah perjalanan menuju Balai Kota Malang, sekelompok warga menolak adanya aksi tersebut.

"Mereka rencana turun ke Balai Kota. Namun di perjalanan di sekitar Rajabali ini, bertemu dengan masyarakat yang tidak setuju dengan aksi mereka," katanya.

Baca juga: Bentrok Warga Saat Acara Lamaran, 1 Tewas, 5 Luka Parah

"Anggota Polri sudah melaksanakan pengamanan di titik-titik yang rencana mereka akan kumpul. Di Stadion Gajayana, kemudian di alun-alun. Namun ternyata dari kelompok AMP ini langsung menuju Rajabali. Sempat bertemu dengan massa yang tidak setuju, sempat terjadi benturan," jelas Asfuri.

Sementara itu, aksi demonstrasi untuk memperingati 57 tahun perjanjian New York itu tidak berizin.

Sebab, saat memberikan surat pemberitahuan, perwakilan mahasiswa itu tidak menyampaikan secara terus terang agenda demontrasi tersebut.

"Kita kemarin tidak menerbitkan tanda terima karena memang di situ tidak tercantum siapa sebagai penanggung jawabnya. Kemudian juga apa maksud dan isi dari aksinya tersebut. Mereka tidak mau menyampaikan sehingga kita tidak menerbitkan tanda terima," katanya.

Asfuri mengatakan, sesuai dengan Undang-Undang, pihak kepolisian boleh tidak memberikan izin jika aksi demonstrasi itu bertolak belakang dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Jelas diatur di sana salah satu syarat untuk mengajukan kegiatan unjuk rasa itu tidak boleh mengganggu persatuan dan kesatuan. Namun dari orasi yang mereka sampaikan selalu ingin merdeka dan memisahkam diri dari Negara Republik Kesatuan Indonesia," jelasnya.

Koordinator Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya, Fatkhul Khoir mengecam aparat kepolisian yang dianggap membiarkan penyerangan terhadap masa aksi demonstrasi mahasiswa Papua.

KontraS mendesak supaya pihak kepolisian melindungan mahasiswa Papua.

"KontraS Surabaya mendesak kepada kepolisian untuk memberikan perlindungan kepada mahasiswa Papua dari segala ancaman kekerasan yang sering mereka alami dan menghentikan segala bentuk tindakan persekusi yang bertentangan dengan hukum dan HAM," ungkapnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com