"Hasil penelitian di lab, yang jelas Bajakah ini memiliki senyawa-senyawa yang bisa berperan sebagai antioksidan yang sekaligus bisa berperan sebagai anti kanker," ujar Eko.
Baca juga: Teliti Bajakah, Eko Mengaku Baru Tahu Tanaman Itu dari Siswa Palangkaraya
Penasaran dengan temuan senyawa pada kayu Bajakah, tahap berikutnya Eko lantas mencoba menyuntikkan sel kanker pada mencit atau tikus putih.
Pada fase ini Eko harus menunggu lagi sampai benjolan-benjolan pada tubuh tikus bermunculan. Banyaknya benjolan pada tikus merupakan tanda bahwa tikus sudah terpapar sel kanker.
Pada tahap inilah, senyawa-senyawa yang dihasilkan dari kayu Bajakah disuntikan pada tikus.
Sekali lagi, Eko kembali terperangah setelah menunggu beberapa pekan, benjolan-benjolan pada tikus berkurang dan mengecil.
"Sebulan dua bulan, mencit yang benjolannya berkurang dibedah lagi kemudian dilihat lagi, dan ternyata di bulan ketiga benjolan malah hilang sama sekali," ucapnya.
Hilangnya benjolan memastikan bahwa tikus sembuh dari kanker.
Dengan penelitian ini, Eko menjelaskan bahwa temuan ini hanyalah tahap awal dan belum pernah diuji coba pada manusia.
Baca juga: Pemprov Kalteng Berencana Patenkan Kayu Bajakah Penyembuh Kanker
Eko pun menyarankan agar para siswa tersebut mematenkan penemuan mereka.
"Bisa dipatenkan, bukan obatnya tapi cara pembuatannya dan konsetrasinya, yang punya gagasan kan mereka, di sini hanya membantu untuk meneliti, walaupun kita mengerjakannya sama-sama," ucapnya.
Baca juga: Pemprov Kalteng Berencana Patenkan Kayu Bajakah Penyembuh Kanker
Eko pun patut berbangga karena Laboratorium FK ULM yang kini ditanganinya mampu meneliti kayu bajakah yang ternyata bisa menyembuhkan kanker.
Laboratorium FK ULM menurutnya telah diakui karena telah menerima sample penelitian dari seluruh Indonesia, termasuk kayu Bajakah.
"Lab kami ini memiliki fasilitas sederhana tapi kualitas dunia," ujarnya.
Baca juga: Cerita Peneliti Terperangah Saat Tahu Kayu Bajakah Mampu Sembuhkan Kanker
Sumber: KOMPAS.com (Andi Muhammad Haswar)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.