Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Desa Ini, Kawanan Monyet Liar Hidup Berdampingan dengan Warga

Kompas.com - 15/08/2019, 09:17 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANYUMAS, KOMPAS.com - Seekor monyet memasuki rumah warga yang pintunya sedikit terbuka. Dengan cepat, monyet tersebut membuka toples dan mengambil beberapa kue kering di dalamnya.

Pemilik rumah yang mengetahui aksi "pencurian" itu langsung menggiring monyet tersebut keluar rumah.

Monyet tersebut merupakan salah satu dari ratusan kawanan monyet liar yang ada di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Sejak dahulu warga setempat hidup berdampingan dengan kawanan monyet.

Hampir setiap pagi, kawanan monyet ekor panjang tersebut turun ke kompleks permukiman untuk mencari makan. Kawanan monyet mudah dijumpai, khususnya di sekitar Masjid Saka Tunggal, desa setempat.

Baca juga: Turis Suka Menggoda, Kawanan Monyet Ekor Panjang Marah

Keberadaan kawanan monyet di sekitar permukiman tersebut kini juga telah dikembangkan untuk dijadikan sebagai salah satu objek wisata.

Karsini, salah seorang pemilik warung mengatakan, pintu harus selalu tertutup rapat. Apabila tidak tertutup, makanan di dalam warung dipastikan akan diserbu para kawanan monyet.

"Kalau pintunya ditutup tapi tidak dikunci juga kadang-kadang bisa membuka. Monyet-monyet di sini memang suka usil, tapi tidak ada yang menyerang manusia," kata Karsini, baru-baru ini.

Menurut Karsini, kawanan monyet akan semakin bertambah apabila ada pengunjung yang memberinya makan. Setelah kenyang, kawanan monyet akan kembali ke habitatnya, sebuah hutan di atas permukiman.

Karsini setiap hari juga menyediakan makanan khusus untuk kawanan monyet itu. Antara lain berupa pisang, kacang dan jagung kering.

"Kalau banyak orang (yang datang) biasanya banyak yang turun. Kalau lebaran banyak sekali yang ngasih makan, sampai kekenyangan, jadi kadang tidak ada yang turun sama sekali, mungkin karena stok makanan di sana banyak," ujar Karsini.

Sesepuh desa setempat, Sulam mengatakan, masyarakat setempat sejak puluhan tahun silam dapat hidup berdampingan dengan monyet. Masyarakat dapat memaklumi tingkah laku hewan primata tersebut.

"Manusianya yang lebih banyak mengalah, kalau monyetnya nakal ya dibiarkan," kata Sulam.

Untuk mengantisipasi kerusakan tanaman dan fasilitas lainnya, warga setempat punya cara unik. Misalnya ketika memarkir sepeda motor, warga menaruh ban bekas di atas jok, maka para monyet tidak akan berani mendekat.

Apabila tidak diberi ban, jok sepeda motor bisa rusak karena dicakar. Demikian halnya pepohonan di sekitar permukiman, bagian bawahnya diberi ban bekas agar tidak dirusak monyet.

Baca juga: Saat Monyet Kecil Disuruh Curi Makanan, Monyet Dewasa Berjaga di Luar...

Sulam melanjutkan, keberadaan kawanan monyet tidak terlepas dari legenda yang dipercaya secara turun-temurun. Menurut cerita, monyet tersebut merupakan jelmaan dari seorang santri yang dikutuk karena nakal.

"Dari cerita itu diambil filosofinya banyak monyet di sekitaran masjid ini, jadi perilaku orang di dalam masjid hendaknya tidak seperti monyet," kata Sulam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com