Disampaikan Raji (46), modal untuk mengelola garam di lahan seluas satu hektare setidaknya membutuhkan modal Rp 20 juta.
Harga yang kini berkisar Rp 300 per kilogram membuat petani tidak mendapatkan keuntungan. Untuk mengembalikan modal saja tak cukup.
Saat ini bagi yang terlanjur panen, ada yang sudah menjualnya karena didesak kebutuhan. Ada pula yang menyimpannya sementara di rumah menunggu waktu harga kembali stabil.
"Tapi mau gimana lagi. kami hanya pasrah dengan masih berharap harga bisa kembali normal dalam beberapa hari ke depan," ujarnya.
Hal senada disampaikan petani lain di Desa Cimohong, Kecamatan Wanasari, Amin (53). Dia mengemukakan, harga garam tahun ini menjadi harga yang paling rendah.
Belasan petani yang mengelola sedikitnya 10 hektare di Cimohong juga mengeluhkan nasib serupa.
"Banyak yang mengeluh, istilahnya menjerit. Harga tahun ini yang terendah," ujarnya.
Selain di Kecamatan Tanjung dan Wanasari, anjloknya harga garam juga terjadi di sejumlah wilayah lain seperti di Kecamatan Brebes, dan beberapa desa di Kecamatan Losari.
Baca juga: Dikira Sabu, 8 Bungkus Bubuk Putih Ternyata Garam Campur Tawas