Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Tanaman Bajakah, dari Pedalaman Kalimantan hingga Diklaim Sembuhkan Kanker

Kompas.com - 14/08/2019, 18:30 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tanaman Bajakah yang diklaim dapat menyembuhkan penyakit kanker menyita perhatian publik.

Tiga orang siswa SMAN 2 Palangkaraya yang meneliti tanaman dari hutan pedalaman Kalimantan Tengah ini bahkan menyabet medali emas dalam ajang World Invention Creativity Olympic di Korea Selatan pada 28 Juli 2019 silam.

Studi dilakukan setelah ada informasi dari Yazid, salah satu orang yang menyampaikan bahwa keluarganya sembuh dari kanker stadium lanjut setelah mengonsumsi rebusan air tanaman ini.

Mereka menguji khasiat tanaman bajakah melalui media tikus.

Tikus disuntikkan sel kanker dan muncul benjolan-benjolan yang menandakan tikus telah terpapar sel kanker. Setelah itu, senyawa dari kayu bajakah disuntikkan ke tikus tersebut.

Hasilnya, benjolan pada tikus mengecil dalam waktu dua bulan dan satu bulan berikutnya, benjolan hilang tak bersisa.

Baca juga: Cerita Peneliti Terperangah Saat Tahu Kayu Bajakah Mampu Sembuhkan Kanker

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof Dr dr Aru Sudoyo mengatakan, klaim bajakah dapat menyembuhkan kanker dibutuhkan pengujian lebih lanjut, bukan hanya uji coba terhadap tikus.

"Karena uji coba terhadap tikus dan manusia itu berbeda," kata Aru.

Aru menuturkan, obat yang dipastikan dapat menyembuhkan kanker manusia harus berhasil melewati sejumlah fase uji klinis terhadap manusia terlebih dahulu.

Dikabarkan Cancer Research UK (13/2/2019), terdapat 5 fase uji klinis kanker pada manusia.

  • Fase 0

Uji coba dilakukan ke partisipan dalam skala kecil, sekitar 10-20 orang dengan berbagai tipe kanker.

Pada fase ini, calon obat diberikan dalam dosis rendah guna mengecek tingkat bahaya obat.

  • Fase 1

Jumlah sampel yang diberi perlakukan masih dalam skala kecil, tapi lebih banyak dibandingkan fase sebelumnya, yaitu 20-50 orang dengan banyak tipe kanker.

Fase ini bertujuan menemukan efek samping dan reaksi obat dalam tubuh.

  • Fase 2

Jumlah partisipan dalam skala sedang, dengan total puluhan orang hingga lebih dari 100 orang.

Uji klinis fase ini dilakukan untuk satu atau dua tipe kanker, terkadang bisa lebih.

Tujuan dari fase ini yaitu menemukan efek samping dan keefektifan terapi bekerja.

  • Fase 3

Fase ini melibatkan ratusan hingga ribuan orang, di mana hanya ada satu tipe kanker, atau bisa lebih.

Tujuannya, membandingkan terapi terbaru dengan terapi standar yang biasanya dilakukan.

  • Fase 4

Partisipan pada fase ini berukuran medium atau besar, dengan satu tipe kanker atau bisa lebih.

Fase empat mempunyai tujuan untuk manfaat jangka panjang dan efek samping dari terapi yang baru.

Warisan Nenek Moyang

Untuk diketahui, tanaman bajakah telah lama digunakan secara turun-temurun oleh nenek moyang suku Dayak sebagai penyembuh kanker.

Hasil laboratorium dari penelitian para siswa ini pun menunjukkan terdapat 40 macam zat penyembuh kanker, seperti saponin, steroid, fenolik, terpenoid, tannin, alkonoid, dan terpenoid.

Peneliti dari Universitas Lampung Mangkurat Eko Suhartanto menyampaikan, tanaman ini mengandung senyawa anti kanker, fitokimia.

"Ada tannin, ada flavonoid dan senyawa sehat fitokomia lain seperti steroid dan sejenisnya," ujar Eko.

Baca juga: Diklaim Ampuh Sembuhkan Kanker, Apa Kandungan Tanaman Bajakah?

Disebutkan, tanaman ini tumbuh dalam jumlah terbatas dan kemungkinan tak dapat dibudidayakan karena kandungannya akan berbeda dengan tanaman yang tumbuh di habitat asli.

Pengolahan Tanaman Bajakah

Tumbuh di lahan gambut dan memiliki bentuk batang bersulur, tanaman ini tumbuh merambat bahkan di ketinggian 5 meter ke puncak pohon lain yang dirambatinya, walau batangnya cukup kuat dan besar.

Tanaman bajakah hidup di tempat yang sinar matahari tak banyak masuk karena tertutup rimbunnya hutan.

Pengolahan tanaman bajakah menjadi obat kanker dilakukan lewat pengeringan dengan bantuan sinar matahari.

Tanaman yang sudah mengering ini dicacah, lalu ditumbuk menjadi bubuk dan direbus.

Satu gram bubuk bajakah direbus selama 30 menit dan air rebusan tersebut diminum sebagai pengganti air minum setiap harinya.

Rebusan air memiliki warna seperti teh dengan rasa hambar.

Sumber: Kompas.com (Ellywon Pranita/Ariska Puspita A/Andi Muhammad H)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com