Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Penelitian oleh Anak Muda di Indonesia, Sabet Kompetisi di Paris, Jepang, dan Korea (2)

Kompas.com - 14/08/2019, 09:04 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Hasil penelitian tiga siswa SMAN 2 Palangkaraya menjadi pembicaraan publik, setelah mereka menemukan obat penyembuh kanker dengan bahan baku alami dari batang pohon tunggal, atau dalam bahasa dayak disebut dengan bajakah.

Tanaman itu mereka peroleh dari hutan Kalimantan Tengah.

Selain tiga siswa SMA asal Palangkaraya, beberapa anak muda di Indonesia juga mencatatkan prestasi dengan menciptakan inovasi yang bermanfaat untuk masyarakat.

Berikut 7 hasil penelitian yang lahir dari tangan anak-anak muda di Tanah Air:

 

1. Teknologi perikanan berbasis Internet-of-Things ( IoT)

Tim Banoo UGM saat mempraktikan teknologi yang dikembangkan. Dokumentasi Humas UGM Tim Banoo UGM saat mempraktikan teknologi yang dikembangkan.
Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada ( UGM) yang tergabung dalam Tim Banoo mengharumkan nama Indonesia di kompetisi Cisco Global Problem Solver Challenge 2019.

Para inovator muda ini mengalahkan ribuan perserta dari berbagai belahan dunia dan terpilih sebagai People’s Choice Award Winner dengan inovasi teknologi perikanan berbasis Internet-of-Things ( IoT) yang dinamai Banoo.

Ketua tim pengembang Banoo, Azellia Alma Shafirasaat mengatakan, Banoo merupakan inovasi teknologi berbasis IoT dan energi terbarukan untuk memberdayakan petani ikan di Indonesia.

"Memberdayakan petani ikan terutama di daerah terpencil dan mewujudkan Sustainable Development Goals (SGDs),” ujar ketua tim pengembang Banoo, Azellia Alma Shafirasaat, Selasa (17/06/2019).

Baca juga: Kembangkan Teknologi Perikanan Berbasis IoT, 5 Mahasiswa UGM Harumkan Nama Indonesia

 

2. Sabet kompetisi Paris International Model United Nations

Muflih Dwi Fikri, delegasi UNS yang menyabet pengharagaan di kompetisi MUN di Paris, PerancisDok. Muflih D.F Muflih Dwi Fikri, delegasi UNS yang menyabet pengharagaan di kompetisi MUN di Paris, Perancis
Muflih Dwi Fikri, mahasiswa program studi Hubungan Internasional Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berhasil menyabet gelar The Most Outstanding Delegates atau setara peringkat kedua dalam kompetisi Paris International Model United Nations (MUN) di Paris, Perancis.

MUN merupakan sebuah kompetisi simulasi diplomasi dan negosiasi sidang Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Kompetisi yang diadakan Parisian University ini diselenggarakan pada 30 Mei-2 Juni 2019 dan diikuti kurang lebih 500 peserta dari 34 negara.

Indonesia mengirimkan 17 mahasiswa dari berbagai universitas selain UNS, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Brawijaya, dan Institut Sepuluh November (ITS) Surabaya.

Saat dihubungi Kompas.com, Jumat (14/6/2019), Fikri bercerita bahwa ia sudah mempersiapkan kompetisi tersebut sejak November 2018 lalu.

Baca juga: Cerita Muflih Dwi Fikri, Mahasiswa UNS yang Raih Penghargaan Kompetisi MUN di Paris

 

3. Teknologi baru penanganan bibir sumbing

Lima mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dari fakultas berbeda yang berhasil menciptakan teknologi Cleft Sintesa.Dok. Universitas Indonesia Lima mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dari fakultas berbeda yang berhasil menciptakan teknologi Cleft Sintesa.
Lima mahasiswa Universita Indonesia dari fakultas yang berbeda berhasil menciptakan teknologi Cleft Sintesa.

Teknologi ini merupakan metode sintesis wajah tiga dimensi (3D) dalam pembuatan simulator fisik bibir sumbing untuk meningkatkan kualitas penanganan kasus bibir sumbing di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Gagasan untuk menghasilkan Cleft Sintesa berawal dari diskusi dengan para dokter spesialis Cleft and Craniofacial Center di RSCM.

Kemudian, diskusi itu berkembang menjadi ide kolaborasi interdisiplin untuk memberikan jawaban atas berbagai masalah kedokteran dalam menangani pasien bibir sumbing.

“Penciptaan simulator ini dilatarbelakangi oleh lambatnya kemajuan inovasi teknologi medis di Indonesia, khususnya pada kasus bibir sumbing yang nyatanya menjadi kasus penyakit bawaan lahir terbanyak nomor tiga di Indonesia.” ucap Refanka Nabil, salah satu anggota tim, seperti dilansir laman resmi UI, Kamis (8/8/2019).

Baca juga: Bantu Penanganan Bibir Sumbing, Mahasiswa UI Ciptakan Teknologi Baru

 

4. Juara kompetisi Low Carbon di Jepang

Ivan Danny Dwi Putra, mahasiswa pascasarjana ITB jurusan Rancang Kota berhasil meraih peringkat pertama kompetisi Low Carbon Design di Kitakyushu, Jepang yang berlangsung 15 Februari sampai 1 Maret 2019.Dok. ITB Ivan Danny Dwi Putra, mahasiswa pascasarjana ITB jurusan Rancang Kota berhasil meraih peringkat pertama kompetisi Low Carbon Design di Kitakyushu, Jepang yang berlangsung 15 Februari sampai 1 Maret 2019.
Ivan Danny Dwi Putra, mahasiswa pascasarjana ITB jurusan Rancang Kota berhasil meraih peringkat pertama kompetisi "Low Carbon Design" di Kitakyushu, Jepang yang berlangsung 15 Februari sampai 1 Maret 2019.

Lomba yang digelar Asian Institute of Low Carbon Design (AILCD) merupakan rangkaian acara dari program pertukaran pelajar yang diprakarsai Universitas Kitakyushu.

Sesuai tema lomba, Ivan beserta anggota tim mengusung ide Happy Sunday 7 - “A Virtual Planning Project of Sunday for the Elderly” . Ivan mampu bersaing bersama anggota tim dari berbagai negara Asia lain.

“Mungkin kedengarannya kurang nyambung ya, tapi sebenarnya kami justru melihat bahwa masalah polusi tidak bisa diselesaikan dengan menambah-nambah sistem yang akhirnya akan menambah polusi juga,“ terang Ivan.

Baca juga: Ide Unik Antar Mahasiswa ITB Juara Kompetisi Low Carbon di Jepang

 

5. Juarai kompetisi arsitektur di Jepang

Jamal Abdillah, mahasiswa program studi arsitektur UBL dan tim saat menerima penghargaan Juara I ajang the 8th Asian Institute of Low Carbon Design (AILCD)-International Sudent Design Competition Dok. Universitas Bandar Lampung Jamal Abdillah, mahasiswa program studi arsitektur UBL dan tim saat menerima penghargaan Juara I ajang the 8th Asian Institute of Low Carbon Design (AILCD)-International Sudent Design Competition
Jamal Abdillah, mahasiswa program studi arsitektur Universitas Bandar Lampung (UBL) meraih juara pertama pada "The 8th Asian Institute of Low Carbon Design (AICLD)-International Student Design Workshop".

Kompetisi ini diselenggarakan di University of Kitakyushu, Jepang pada 14-26 Februari 2019.

Jamal mengatakan, dia beserta timnya merancang ulang desain lanskap Kota Wakamatsu dan Tobata.

Mereka kemudian membuat proposal untuk proyek perkotaan rendah karbon di kedua kota ini dan mempresentasikan karyanya di depan praktisi dan profesi di bidang aristektur Jepang.

"Alhamdulilah senang sekali bisa mendapatkan penghargaan juara pertama dalam kompetisi ini. Saya bergabung dengan mahasiswa lainnya yang berasala dari China, Thailand, dan Jepang," ujar Jamal.

Baca juga: Mahasiswa UBL Juara Pertama Kompetisi Arsitektur di Jepang

 

6. Inovasi kulit nanas untuk obat ketombe menang di Seoul

Empat Mahasiswa berhasil meraih medali perak dalam kompetisi Seoul International Invention Fair (SIIF), Seoul, Korea Selatan, pada Kamis?Sabtu (6?8/12/2018)Dok. Unair Empat Mahasiswa berhasil meraih medali perak dalam kompetisi Seoul International Invention Fair (SIIF), Seoul, Korea Selatan, pada Kamis?Sabtu (6?8/12/2018)
Tiga mahasiswa Universitas Airlangga ( Unair) meraih medali perak dalam kompetisi Seoul International Invention Fair (SIIF), Seoul, Korea Selatan, pada Kamis–Sabtu (6–8/12/2018).

Mereka berasal dari Fakultas Keperawatan (FKp) serta satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)

SIIF merupakan kompetisi diselenggarakan Korea Invention Promotion Association (KIPA).

Tim UNAIR berhasil meraih juara dengan mempresentasi inovasi bernama PINELICA (Pineapple Peel as Hair Care) yakni, inovasi dengan memanfaatkan limbah kulit nanas sebagai gel yang dapat digunakan sebagai masker dan krim untuk mengatasi ketombe.

Atas presentasi tersebut, delegasi UNAIR akhirnya mendapatkan medali perak.

Baca juga: Kulit Nanas untuk Obat Ketombe Inovasi Mahasiswa Unair

 

7. Platform berdonasi tanpa uang

Gotongroyong.in merupakan laman didirikan oleh Radhiyan dan teman-temannya dengan konsep utama berdonasi tanpa uang.Dok. UI Gotongroyong.in merupakan laman didirikan oleh Radhiyan dan teman-temannya dengan konsep utama berdonasi tanpa uang.
Tiga mahasiswa UI angkatan 2014, M. Radhiyan Pasopati Pribadi (FISIP), Luthfi Abdurrahim (Fasilkom), dan Mutsla Qanitah (FISIP) membuat inovasi media berdonasi inovatif, gotongroyong.in.

Gotongroyong.in merupakan laman didirikan oleh Radhiyan dan teman-temannya dengan konsep utama berdonasi tanpa uang.

“Pengguna kami cukup menonton iklan sepanjang 10 detik saja, setelah melakukan share atau like dari konten donasi kami,” jelas Radhiyan seperti dilansir dari laman resmi UI.

Jumlah view iklan inilah yang nantinya akan dikonversi dalam bentuk uang yang akan didonasikan untuk keperluan proyek-proyek sosial.

“Dengan sistem seperti ini, pengguna gotongroyong.in sama sekali tidak harus memiliki uang untuk dapat berdonasi,” tambah Radhiyan.

Dengan sistem ini, ia berharap agar sedekah menjadi lebih mudah dan bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk yang tidak memiliki uang.

Gotongroyong.in telah berhasil melakukan penggalangan dana untuk memberikan 1001 sabun gratis untuk bencana Palu-Donggala serta 1001 susu gratis untuk anak-anak korban tsunami Selat Sunda dengan menggandeng Badan Amil Zakat Nasional.

Baca juga: Mahasiswa UI Buat Inovasi Platform Berdonasi Tanpa Uang

Sumber: KOMPAS.com (Wijaya Kusuma, Mela Arnani, Erwin Hutapea, Yohanes Enggar Harususilo, Rosiana Haryanti)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com