Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Penelitian oleh Anak Muda di Indonesia, Robot Pendeteksi Gempa hingga Kotak Bekal Tenaga Surya (1)

Kompas.com - 14/08/2019, 06:51 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Tiga siswa SMAN 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah, meraih juara dunia atas temuan obat penyembuh kanker dengan bahan baku alami berupa batang pohon tunggal atau dalam bahasa dayak disebut dengan bajakah.

Tanaman ini diperoleh di hutan Kalimantan Tengah. Ketiga siswa itu bernama Yazid, Anggina Rafitri, dan Aysa Aurealya Maharani. Prestasi mereka pun menjadi pembicaraan publik.

Selain mereka bertiga, beberapa anak muda di Indonesia juga mencatatkan prestasi. Mereka menghasilkan penelitian yang  bermanfaat untuk masyarakat

Berikut 9 hasil penelitian yang lahir dari tangan anak-anak muda di Tanah Air:

 

1. Mi instan atasi PMS dan pendorong ASI

Mi instan Torbos.Institut Pertanian Bogor Mi instan Torbos.
Lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor ( IPB) menemukan cara mengatasi rasa sakit saat sedang menstruasi dan mengatasi masalah ibu menyusui yangkekurangnya produksi air susu ibu (ASI).

Mereka menciptakan terobosan berupa mi instan yang terbuat dari torbangun (Coleus amboinicus L).

Kelima mahasiswa itu terdiri dari Ipik Julpikar, Rahmatun Nisful Maghfiroh, Alifian Gigih Pangestu, Hendriani Wijayanti, dan Iffah Nabilah.

"Kandungan lactagogum pada tanaman torbangun dapat meringankan nyeri haid dan meningkatkan produksi susu pada wanita. Namun, torbangun itu rasanya pahit jika dimakan langsung atau setelah direbus. Jadi, kami memproses torbangun menjadi mi instan karena akan lebih mudah dibuat," ucap Rahma, seperti dipublikasikan di laman resmi IPB, Rabu (7/8/2019).

Ada beberapa variasi rasa yang tersedia, yakni rasa soto, ayam bawang putih, dan kari. Produk itu dijual dengan harga Rp 7.000 untuk satu kemasan, dan bisa dibeli melalui akun Instagram @torbos_noodle.

Baca juga: Unik, Mi Instan Inovasi Mahasiswa IPB: Atasi Masalah PMS dan ASI

 

2. Sunny Side Box, kotak bekal tenaga surya

Sunny side box yang diciptakan oleh tujuh mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) angkatan 2014.Dok. Universitas Indonesia Sunny side box yang diciptakan oleh tujuh mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) angkatan 2014.
Tujuh mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) angkatan 2014 menciptakan terobosan baru berupa kotak bekal yang mampu menghangatkan makanan dengan memanfaatkan tenaga surya.

Inovasi kotak yang diberi nama Sunny Side Box ini muncul karena banyak orang mengeluh makanan yang dijadikan bekal untuk bepergian mengalami perubahan rasa, aroma, dan kualitas.

Pemanfaatan tenaga surya itu dapat dilakukan karena terdapat peltier pemanas yang menggunakan sumber energi alternatif berupa panel surya.

Sunny side box menggunakan baterai yang mempunyai dua cara dalam memanen energi listrik, yaitu menggunakan pengisi baterai berkabel dan panel surya yang mampu menghangatkan makanan sampai enam jam selama dinyalakan.

Inovasi tersebut berhasil membuat tim UI mendapatkan penghargaan medali perak kategori Lingkungan Hidup dalam ajang International Science and Invention Fair 2019 pada 21-25 Juni 2019 di Denpasar, Bali.

Baca juga: Hangatnya Makanan di Kotak Bekal Tenaga Surya Inovasi Mahasiswa UI

 

3. Ubah kebisingan jadi energi listrik

Tiga mahasiswa Universitas Diponegoro yang menciptakan alat bernama Sound Energy Harvesting (Sinting) yang bisa mengonversi kebisingan di bandara menjadi energi listrik.Dok. Universitas Diponegoro Tiga mahasiswa Universitas Diponegoro yang menciptakan alat bernama Sound Energy Harvesting (Sinting) yang bisa mengonversi kebisingan di bandara menjadi energi listrik.
Tiga mahasiswa Universitas Diponegoro ( Undip) menciptakan alat yang dapat mengubah kebisingan itu menjadi sesuatu bermanfaat.

Ketiga mahasiswa itu Rifki Rokhanudin, Ragil Adi Nugroho, dan Yudha Cindy Pratama membuat penemuan alat mengonversi kebisingan di bandara menjadi energi listrik dan diberi nama Sound Energy Harvesting (Sinting).

Seperti dipublikasikan laman resmi Undip, Kamis (17/7/2019), alat tersebut dirancang menggunakan prinsip kerja induksi elektromagnetik, seperti yang diterapkan dalam mikrofon.

Namun, mikrofon hanya mampu menghasilkan arus sangat kecil. Sementara Sinting dirancang dengan mengikutsertakan teknologi tambahan sehingga arus listrik dihasilkan bisa lebih kuat.

Ketiga mahasiswa tersebut membutuhkan waktu lebih kurang tiga bulan merancang Sinting.

Baca juga: Inovasi “Sinting” Mahasiswa Undip Ubah Kebisingan Jadi Energi Listrik

 

4. Robot pendeteksi gempa

Tiga mahasiswa Universitas Atma Jaya Yosua Kurniawan, Ferdinand Edlim, dan Febrian Andika telah mengembangkan robot pendeteksi gempa sejak awal tahun 2018.DOK. ATMA JAYA Tiga mahasiswa Universitas Atma Jaya Yosua Kurniawan, Ferdinand Edlim, dan Febrian Andika telah mengembangkan robot pendeteksi gempa sejak awal tahun 2018.
Tiga mahasiswa Program Studi Tekhnik Mesin Unika Atma Jaya, Yosua Kurniawan, Ferdinand Edlim, dan Febrian Andika mengembangkan robot pendeteksi gempa sejak awal tahun 2018.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com