Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Siswa SMA Palangkaraya Temukan Obat Kanker Mujarab

Kompas.com - 13/08/2019, 09:02 WIB
Kurnia Tarigan,
Farid Assifa

Tim Redaksi

PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Tiga orang siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 2, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, meraih juara dunia atas temuan obat kanker mujarab, dengan bahan baku alami berupa batang pohon tunggal, atau dalam bahasa dayak disebut dengan Bajakah, yang diperoleh di hutan Kalimantan Tengah, Senin (12/08/2019).

Keberhasilan ketiga siswa tersebut berawal dari informasi dari Yazid, salah seorang siswa yang ikut dalam tim tersebut, bahwa ada salah satu tumbuhan di hutan Kalimantan Tengah yang kerap digunakan keluarganya menyembuhkan kanker, bahkan kanker ganas stadium empat sekalipun.

Di bawah bimbingan Ibu Helita MPd, guru biologi, ketiga siswa SMA Negeri 2 Palangkaraya ini memutuskan untuk memulai pembahasan awal yang lebih serius mengenai kayu bajakah. Penelitian diawali dengan uji pendahuluan dilakukan ketiga siswa dan guru pembimbing pada laboratorium sekolah mereka.

Baca juga: Cerita Lengkap Siswa SMA Temukan Obat Penyembuh Kanker hingga Menangi Juara Dunia

Lalu penilitian dilanjutkan dengan uji sampel lanjutan yang menggunakan dua ekor mencit betina atau tikus kecil berwarna putih yang sudah diinduksi atau disuntikkan zat pertumbuhan sel tumor atau kanker.

Sel kanker pun menyebar di tubuh mencit dengan ciri-ciri banyaknya benjolan, mulai dari ekor hingga bagian kepala.

“Kami memberikan dua penawar atau obat yang berbeda terhadap kedua mencit tersebut, satu mencit diberikan bawang dayak dalam bentuk cairan yang diminumkan, sementara satu satu ekornya diberi air rebusan yang berasal dari kayu bajakah tersebut. Setelah memasuki hari kelima puluh, mencit yang diberikan air penawar dari bawang dayak tewas, sementara mencit yang diberikan cairan kayu Bajakah tetap sehat, bahkan justru bisa berkembang biak," jelas Helita.

Setelah melalui pembuktian terhadap media uji sampel melalui dua ekor mencit tersebut, maka pada awal Mei 2019, penilitian dilanjutkan dengan memeriksa kadar dalam kayu bajakah tersebut melalui uji laboratorium.

Uji kadar tersebut dilakukan dengan bekerjasama pihak laboratorium di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Berdasarkan hasil uji laboratorium, kayu bajakah tersebut memiliki kandungan yang cukup kaya dan anti-oksidan bahkan ribuan kali lipat dari jenis tumbuhan lain yang pernah ditemukan, khususnya untuk penyembuhan kanker.

Beberapa zat dalam pohon itu adalah fenolik, steroid, tannin, alkonoid, saponin dan terpenoid.

Berdasarkan hasil tertulis uji laboratorium dari Universitas Lambung Mangkurat tersebut, ketiga siswa dibantu guru pembimbing mengolah kayu bajakah menjadi serbuk teh siap sedu.

Serbuk teh itulah yang dibawa ke ajang kompetisi di Bandung pada 10 Mei 2019 dalam ajang Youth National Science Fair 2019 (YNSF) yang dilaksanakan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Hasilnya, mereka meraih medali emas.

“Kami bersyukur setelah kami berhasil memenangkan perlombaan tersebut. Bahkan, tak disangka bahwa kami menjadi perhatian dan berhasil meraih juara, dengan memperoleh medali emas, terbaik se-Indonesia, menjadi tiket kami untuk melangkah ke tingkat internasional,” kata Yazid kepada Kompas.com saat ditemui di sekolahnya.

Setelah sukses di Bandung, karya ilmiah dari ketiga siswa tersebut dipilih mewakili Indonesia, untuk tampil dalam perlombaan tingkat internasional, dalam ajang World Invention Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan.

Namun dalam ajang selanjutnya, Yazid tidak ikut, sehingga diwakilkan oleh dua rekannya, Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya Maharani.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com