Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertandingan Tinju Internasional di Maumere Ricuh, Promotor Bantah Kabur

Kompas.com - 12/08/2019, 21:44 WIB
Nansianus Taris,
Khairina

Tim Redaksi

MAUMERE, KOMPAS.com - Perhelatan tinju internasional dengan tajuk NTT Big Fight 2 di Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (3/8/2019) malam, berujung ricuh.

Jadwal pertandingan tinju internasional yang rencananya akan digelar 24 partai, harus berakhir hanya dengan 2 partai yang berlaga. 

Padahal, ribuan penonton sudah membeli tiket dan memenuhi lapangan Gelora Samador Maumere, untuk menyaksikan langsung tinju internasional tersebut. 

Baca juga: Ironi Tinju Internasional di Maumere, Penonton Kecewa hingga Panitia Kabur

Kegagalan panitia menyuguhkan pertandingan itu membuat ribuan penonton merasa kecewa.

Para penonton mengamuk saat musik dan lampu arena pertandingan mati secara bersamaan.

Sejak Sabtu malam, media massa pun sulit menghubungi promotor ring arena promotion, Petrik Juang Rebong untuk mengkonfirmasi terkait gagalnya tinju internasional tersebut. Nomor teleponnya tidak aktif. 

Pada Senin (12/8/2019), Kompas.com pun akhirnya berhasil menghubungi Petrik Juang Rebong melalui sambungan teleponnya. 

Petrik mengaku, sejak Sabtu malam, dirinya tidak kabur atau melarikan diri seperti yang dituduhkan publik.

Ia menerangkan, dirinya keluar dari Kota Maumere untuk menyelamatkan diri. 

"Senin (5/8/2019), sekelompok pemuda tak dikenal menginjak dan menyayat tangan saya dengan benda tajam. Handphone saya diambil di lorong pasar Geliting Maumere. Itulah makanya nomor saya tidak aktif selama ini," terangnya kepada Kompas.com.

"Mereka aniaya saya karena saya dianggap menghentikan tinju, tidak bertanggung jawab, dan menipu publik Kabupaten Sikka," sambungnya.

Ia membantah terkait isu dan tudingan dirinya membawa kabur uang tiket. 

Ia menerangkan, dengan pengawasan aparat kepolisian, dirinya langsung menghentikan massa agar tidak boleh masuk dalam stadion saat kericuhan terjadi.

"Saat mulai ricuh, saya perintahkan loket tiket untuk kembalikan uang tiket penonton. Tentu dengan catatan mereka punya bukti tiket yang dirobek. Taksiran saya, jumlah uang tiket yang dikembalikan malam itu sekitar Rp 7 juta. Waktu itu belum begitu banyak penonton yang beli tiket. Meskipun penonton di luar stadion memang sudah banyak," terangnya.

Baca juga: Petinju dari 31 Negara Ramaikan Turnamen Tinju Internasional Piala Presiden di Labuan Bajo

Ia juga menginstruksikan kepada agen sebelum acara agar segera mengembalikan uang tiket.

Agen yang tidak mau mengembalikan uang tiket diperintahkan untuk ditangkap karena belum setor sepeser pun padanya. 

"Saya yakin tiket yang beredar nominalnya tidak banyak. Niat panitia menjual tiket on the spot," ujarnya. 

Ia menjelaskan, terkait lampu dan musik dimatikan saat acara berlangsung, sebenarnya bisa menggantikan peralatan sound system secepat mungkin. Tetapi, di tengah amukan massa itu tidak bisa dilakukan.

"Mau ganti sound tidak bisa lagi. Saya utamakan keselamatan official dan petinju. Masyarakat jadi bingung. Artinya di situ memang saya dijebak dalam situasi yang kacau," jelasnya. 


 


 


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com