Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa SD Rusak Papan Tulis, Kepala Sekolah Mengaku Perbaiki Sendiri

Kompas.com - 11/08/2019, 10:58 WIB
Sukoco,
Khairina

Tim Redaksi


NGAWI, KOMPAS.com – Kepala Sekolah SDN Widorokandang Kabupaten Magetan, Jawa Timur mengaku hanya bisa sabar terhadap pemberitaan yang mengatakan pihak sekolah meminta ganti rugi satu juta rupiah terhadap kerusakan papan tulis yang dilakukan oleh salah satu siswa sekolah.

Ditemui di ruang kerjanya, dia mengatakan tidak terpengaruh dengan pemberitaan tersebut.

“Saya tetap fokus pada tugas saya untuk mendidik,” ujarnya, Sabtu (10/8/2019).

Warsi memastikan jika kasus papan tulis rusak yang menjadi pembicaraan warga di Magetan tersebut telah selesai dengan tidak ada permintaan penggantian dari pihak sekolah.

Baca juga: 6 Fakta Siswa SD yang Rusak Papan Tulis Disuruh Ganti Rp 1 juta, Agar Jera hingga Berucap Alhamdulillah

Papan tulis yang mengalami kerusakan panjang 10 sentimeter dan lebar 1 sentimter tersebut saat ini masih digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.

“Tidak ada permintaan penggantian satu juta rupiah. Kami akan perbaiki sendiri dengan menambal memakai triplek, tapi tukangnya masih sibuk,” tambahnya.

Siswa yang merusakkan papan tulis saat bermain lempar lemparan penggaris di kelas memang tergolong siswa yang aktif. R mengaku menyukai kegiatan olah raga sepak bola. Bahkan, dia mengidolakan pesepak bola nasional Evan Dimas.

“Cita cita saya mau menjadi pemain sepakbola,” katanya.

Orangtua siswa R, Sukimin mengaku jika anaknya merupakan anak yang lebih aktif dibandingkan anak lainnya baik saat di rumah maupun di sekolah.

Sukimin mengaku senang jika permasalahan rusaknya papan tulis diselesaikan dengan cara damai oleh Kepala Dinas Pendidikan Magetan tanpa mengganti uang maupun papan tulis.

Sekolah inklusi

Warsi mengaku memberikan perlakuan yang sama kepada semua siswa yang menuntut ilmu di sekolah yang dipimpinnya. Terkait beberapa siswa yang berperilaku lebih aktif, dia mengaku hanya bisa menghadapi dengan sabar.

Sejumlah sekolah di Magetan sebenarnya telah menjadi sekolah inklusi dengan pendidik yang mendapat pelatihan. Sayangnya, SDN Widorokandang tidak termasuk sekolah inklusi.

“Di sini tidak masuk sekolah inklusi, kalau ada siswa yang lebh aktif ya lebih banyak sabarnya,” katanya.

Baca juga: Siswa SD yang Rusak Papan Tulis Harus Ganti Rp 1 Juta, Ini Kata Kepala Sekolah

Warsi memahami orangtua siswa kurang memahami jika memiliki anak yang berperilaku lebih aktif. Dia mengaku memiliki pengalaman dengan siswa yang berperilaku lebih aktif dan saat ini siswanya tersebut bersekolah di sekolah SMP inklusi sehingga bisa mengembangkan secara maksimal potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

“Ada siswa saya dulu rajin ternasuk menulis sangat bagus, tapi tidak bisa membaca. Jadi setiap soal itu disalin tanpa jawaban. Sekarang di SMP inklusi dan gurunya mengarahkan kepada keterampilan tata boga dan keterampilan lainnya,” ucapnya.

Kepala DInas Pendidikan Kabupaten Magetan Suwoto mngatakan, jumlah sekolah inklusi di Magetan sudah cukup banyak. Sebanyak 50 sekolah tingkat dasar maupun tingkat menengah telah menjadi sekolah inklusi.

“Untuk sekolah inklusinya, SD ada 42 sekolah dan SMP sebanyak 18 sekolah,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com