PALEMBANG, KOMPAS.com - Jajaran Satreskrim Polresta Palembang menggelar prarekonstruksi untuk mengungkap kematian WJ (14), korban kedua penganiayaan SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia ketika mengikuti kegiatan orientasi, di kompleks Pondok Pesantren Sultan Mahmud Badaruddin Talang Jambe Palembang, Rabu (7/8/2019).
Dalam prarekontruksi tersebut, seorang senior korban inisial AS (17) dihadirkan penyidik untuk memperagakan berbagai adegan yang terjadi kepada WJ saat malam kegiatan orientasi berlangsung.
Pada adegan pertama sampai enam, kelompok WJ berjalan menuju ke lokasi pelaksanaan orientasi selama tiga jam.
Baca juga: Dibekukan, SMA Taruna Indonesia Hormati Keputusan Gubernur Sumsel
Setelah itu, di adegan ke delapan, AS memberikan materi simpul tali kepada seluruh peserta orientasi.
WJ lalu dipanggil AS untuk ke depan membuat simpul tali yang telah diajarkan. Namun, korban tak bisa membuat simpul tersebut hingga membuat pemuda itu pun marah.
AS langsung menghantam perut WJ secara bertubi-tubi hingga membuat korban mundur ke belakang.
"Saya bilang kencangkan (perut) setelah itu baru saya pukul," kata AS, memperagakan adegan penganiayaan itu.
Usai menerima pukulan, rombongan WJ pun bersiap ke masjid di lokasi sekitar untuk shalat. Namun, mendadak WJ kerasukan hingga membuat suasana malam menjadi heboh.
Melihat kejadian itu, pembimbing korban memberikan pertolongan hingga WJ kembali sadar. Dengan kondisi masih lemas, WJ pun duduk di barisan belakang.
Saat itu WJ terlihat oleh AS sedang membuka baju. Hal itu rupanya membuat AS marah dan kembali menghantamkan pukulan ke perut korban.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.