Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Nduga Papua, Melahirkan di Tengah Konflik Senjata dan Sang Anak Diberi Nama Pengungsi

Kompas.com - 07/08/2019, 06:11 WIB
Rachmawati

Editor

"Tidak sempat bawa apa-apa. Bawa anak saja di tangan sampai di hutan kami bikin tenda-tenda di hutan dari daun-daun. Anak-anak ini menangis minta makan karena tidak ada makan lagi."

"Akhirnya harus pindah lagi dari tempat itu ke tempat yang jauh ke dalam hutan yang lebih rimba lagi."

Sejak Juni silam, keduanya mengungsi di distrik Ilekma di Wamena, kabupaten Jawawijaya untuk menghindari konflik yang berkecamuk di Nduga sejak delapan bulan silam. Banyak di antara mereka, hingga kini masih bertahan di hutan.

Pegiat HAM yang mendampingi para pengungsi, Theo Hesegem, mengatakan, para pengungsi ini menjadi 'korban di tanah mereka sendiri'.

"Mereka mengatakan kita takut dua-duanya karena dua-dua ini pegang senjata jadi kalau dua-dua ini pegang senjata dan terjadi baku kontak antara TNI dengan OPM, masyarakat bisa jadi korban di tengah-tengah," ujar Theo.

Katarina Kogeya dan delapan anaknya terpaksa bertahan di hutan selama beberapa lama untuk menghindari kontak senjata di kampungnya di distrik Yal dok BBC Indonesia Katarina Kogeya dan delapan anaknya terpaksa bertahan di hutan selama beberapa lama untuk menghindari kontak senjata di kampungnya di distrik Yal

Eskalasi kontak senjata antara militer dan kelompok bersenjata pro-kemerdekaan Papua terjadi setelah insiden penembakan belasan pekerja konstruksi jalan Trans Papua pada Desember silam.

Selama delapan bulan terakhir, gelombang pengungsi tersebar ke beberapa wilayah di sekitar Nduga, bahkan beberapa di antaranya dilaporkan meninggal.

Namun, oleh juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, Organisasi Papua Merdeka (TPNB-OPM) Sebby Sambom, banyaknya pengungsi dan korban yang berjatuhan adalah sebagai 'risiko dari perang'.

Baca juga: Diminta Tarik Personel dari Nduga, Polri: Bupati Harusnya Sinergis

"Itu risiko dari perang. Itu bukan TPN yang usir tapi Indonesia yang masuk, jadi mereka takut Indonesia. Oleh karenanya tanggung jawab pemerintah Indonesia, bukan TPN. TPN kan selalu tinggal dengan masyarakat, di kampung-kampung, tidak pernah ancam masyarakat, tidak pernah usir masyarakat. Mereka mengungsi karena kehadiran TNI/Polri dalam jumlah besar dan melakukan pembakaran rumah, ternak dibunuh, dibantai," cetusnya.

Namun, klaim ini dibantah oleh Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) Cenderawasih Letkol Cpl Eko Daryanto, yang menyebut operasi gabungan TNI/Polri di Nduga adalah selain untuk pengamanan proyek Trans Papua yang melintasi Kabupaten Nduga, juga pengejaran untuk mencari pelaku serangan Desember silam.

Warga Nduga dalam pelarian di hutan, menghindari kontak senjata antara TNI/Polri dan kelompok bersenjata / Jurnalis Warga Noken dok BBC Indonesia Warga Nduga dalam pelarian di hutan, menghindari kontak senjata antara TNI/Polri dan kelompok bersenjata / Jurnalis Warga Noken

Kesulitan yang dihadapi, karena banyak dari kelompok pro-kelompok Papua ini membaur dengan warga.

"Ketika mereka melakukan penyerangan, mereka selalu berbaur dengan masyarakat. Wajar kalau masyarakat daripada menjadi korban, mereka mengungsi," jelas Eko.

Namun, dia menegaskan, tidak semua warga Nduga pengungsi. Eko mengklaim ada warga Nduga yang "merasa aman dengan kedatangan pasukan kita."

"Tetapi di satu sisi mereka merasa ketakukan karena OPM membaur, ada sisi intimidasi juga. Kita kesulitan membedakan OPM ketika sudah tidak bersenjata," tutur Eko.

Baca juga: Bupati Nduga Minta Pemerintah Tarik TNI/Polri dari Wilayahnya

 

Terhimpit di tengah konflik

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, Organisasi Papua Merdeka (TPNB-OPM) menyebut banyaknya pengungsi dan korban yang berjatuhan adalah sebagai risiko dari perang dok BBC Indonesia Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, Organisasi Papua Merdeka (TPNB-OPM) menyebut banyaknya pengungsi dan korban yang berjatuhan adalah sebagai risiko dari perang
Theo Hesegem menjelaskan beberapa pengungsi mengalami banyak penolakan, ketika tinggal di pengungsian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com