Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Doker Rizki, Periksa Kesehatan Petugas Pemadam Karhutla di Tengah Kepungan Asap

Kompas.com - 06/08/2019, 18:47 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sri Rizki Malau, perempuan berusia 27 tahun yang berperofesi sebagai dokter ikut sibuk saat kebakaran gambut terjadi di Desa Kertajaya, Kecamatan Kempas, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau,

Asap pekat dengan aroma menyengat menyelimuti hamparan gambut yang terbakar. Sementara itu, puluhan personel gabungan satuan tugas kebakaran hutan dan lahan hilir berpacu melawan angin yang berembus cepat.

Mesin meraung-raung menyedot air, namun, asap tak kalah menantang, menyeruak hidung merongrong tenggorokan.

Sepekan sudah gambut di Desa Kertajaya, Kecamatan Kempas, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, berlangsung. Meski kepala dan ekor api berhasil dijinakkan, namun bara api gambut belum sepenuhnya padam.

Baca juga: Ditangkap karena Bakar Lahan, Warga Kubu Raya Terancam 10 Tahun Penjara

Gambut masih saja menyisakan asap, yang berarti api masih bertahan dan sewaktu-waktu kembali membara.

Masyarakat menyebut kebakaran di Kertajaya mencapai dua hektare. Meski tak seluas hamparan yang terbakar di belahan Bumi Melayu lainnya, upaya penanggulangan mutlak dilakukan.

Di balik kumpulan para pendekar api itu, Rizki yang berpakaian putih menggunakan masker hidung dan topi koboi terlihat memeriksa beberap pasien.

Dia tampak sibuk memeriksa kesehatan para pendekar api yang mayoritas mengalami gangguan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat berhari-hari bertahan di tengah kepulan asap.

"Mayoritas mereka mengeluhkan ISPA karena kan sudah berhari-hari di sini," kata dokter Sri Rizki Malau.

Baca juga: Kodim Pontianak Tangkap Satu Pelaku Pembakar Lahan

Perempuan berusia 27 tahun tersebut telah berada di lokasi pemadaman sejak akhir pekan lalu. Tenda sederhana lengkap dengan peralatan medis mulai dari tabung oksigen hingga obat dan vitamin menjadi senjata andalannya.

Jarak tenda dan titik api tak lebih dari satu kilometer, sehingga asap dan debu masih bisa dirasakan oleh Rizki.

Meski awalnya sempat terkejut dengan penugasan itu, namun Riszki menyadari banyak penakluk api dan warga yang membutuhkan tenaganya.

Selain petugas, selama di posko darurat medis yang didirikan PT Sumatera Riang Lestari itu, cukup banyak masyarakat yang terdampak asap yang memeriksakan diri.

"Saya lebih mikirin masyarakat dan petugas yang berjuang melawan api di sini," ujarnya.

Baca juga: Ditangkap karena Bakar Lahan, Warga Kubu Raya Terancam 10 Tahun Penjara

Gadis kelahiran Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, itu mengatakan kekurangan kadar oksigen dalam darah menjadi salah satu dampak buruk yang ditimbulkan asap kebakaran hutan dan lahan.

Jika kondisi pasien cukup parah, maka pengobatan akan dilanjutkan dengan penanganan medis di klinik. Seluruh biaya pengobatan itu gratis dan ditanggung perusahaan konsesi bahan kertas tersebut.

Rizki sendiri merupakan dokter yang bertugas di perusahaan tersebut.

Meski berada di desa, namun titik api berada jauh dari pemukiman dan layak disebut dengan belantara.

Satu-satunya akses yang harus dia lalui menuju lokasi kebakaran adalah melalui kanal dengan menggunakan kapal kecil bermesin tunggal.

Baca juga: Gubernur Kalteng: Kebakaran Lahan Gambut Tak Ada Kaitan dengan Rencana Pemindahan Ibu Kota

Dia bertugas sejak pagi hingga petang setiap hari, selama jasanya masih dibutuhkan.

Selain ISPA, keluhan lainnya yang harus dia tangani adalah penyakit kulit. Banyak dari pasien mengalami iritasi kulit serta batuk, demam hingga kelelahan.

"Mudah-mudahan api segera diatasi dan tidak ada lagi petugas serta masyarakat yang sakit," tutur alumnus Universitas HKBP Nomensen Medan, Sumatera Utara, itu.

Baca juga: 300 Desa di Sumsel Rawan Karhutla, Sebagian Besar Lahan Gambut

 

Terkendala angin

dr Sri Rizki Malau tengah memeriksa kesehatan anggota Satgas yang tengah memadamkan kebakaran hutan dan lahan di pedalaman Indragiri Hilir, Riau, Selasa (6/8/2019)Antaranews dr Sri Rizki Malau tengah memeriksa kesehatan anggota Satgas yang tengah memadamkan kebakaran hutan dan lahan di pedalaman Indragiri Hilir, Riau, Selasa (6/8/2019)
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Indragiri Hilir Yuspik mengatakan kebakaran yang terjadi di daerah terpencil pedalaman Desa Kertajaya itu terjadi sejak sepekan terakhir. Namun, angin kencang serta cuaca panas membuat upaya pemadaman sulit dilakukan.

"Kebakaran hanya menyisakan asap. Namun kita harus tetap waspada karena cuaca sangat panas dan angin kencang," katanya di lokasi pemadaman.

Kempas merupakan salah satu dari enam kecamatan di Indragiri Hilir yang terbakar sejak sepekan terakhir. Diperkirakan, lebih dari dua hektare di Kertajaya, Kempas, terbakar.

Pantauan Antara, asap tebal menyelimuti lokasi sekitar areal kebakaran. Aroma lahan gambut menyengat menyeruak ketika menuju lokasi titik api. Sejumlah personel Satgas bolak balik membawa selang dan mesin pemadam. Mereka berpacu dengan angin yang terus berembus kencang.

Baca juga: 5 Siswa Pingsan akibat Kabut Asap Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut

Upaya pemadaman melibatkan tim pemadam api PT SRL. Secara geografis, perusahaan itu berbatasan langsung dengan Desa Kertajaya tersebut.

Kepala Damkar PT SRL Saut Sihotang mengatakan perusahaan telah mengerahkan puluhan personel dan mesin pemadam kebakaran ke lokasi itu.

Selain itu, perusahaan konsesi hutan tanaman industri itu juga mengerahkan dua unit alat berat yang digunakan untuk membuat sekat agar api tidak melebar.

"Kami tempatkan 25 personel di sini. Kami juga mendirikan posko siaga dan pos kesehatan untuk masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan," ujarnya.

Selain di Kertajaya, Saut juga mengatakan selama sepekan terakhir tim regu pemadam kebakaran PT SRL turut dikerahkan memperkuat Satgas Karhutla melakukan pemadaman di sejumlah lokasi.

Baca juga: Cerita Pemadaman Karhutla Riau: Gambut Sedalam 2 Meter, Kabut Asap Pekat, hingga Sulitnya Akses Air

Indragiri Hilir menjadi salah satu wilayah yang mengalami kebakaran cukup parah di Riau. Dalam sepekan terakhir, BMKG menyatakan puluhan titik-titik api terdeteksi di wilayah yang berbatasan dengan Batam dan Singapura itu.

Kebakaran di Indragiri Hilir patut dikhawatirkan karena mayoritas lahan di wilayah itu tertutupi gambut yang berpotensi menyebabkan asap tebal.

Selain Indragiri Hilir, Pelalawan, Siak dan Rokan Hilir juga dihajar kebakaran lahan pada semester dua tahun ini.

Dampak dari kebakaran dua wilayah itu membuat kabut asap melanda Pekanbaru sejak akhir Juli 2019. Bahkan, sejak awal pekan, kabut asap membuat kualitas pandangan menurun drastis hingga jarak pandang terbatas kurang dari dua kilometer.

BPBD Provinsi Riau mencatat lebih dari 4.500 hektare lahan di wilayah itu terbakar sepanjang 2019 ini. Pada awal tahun, kebakaran mulai terjadi di wilayah pesisir, seperti Bengkalis, Rokan Hilir, Dumai, dan terus bergerak ke arah daratan, termasuk Siak, Pelalawan, Kampar, Indragiri Hilir.

Baca juga: Begini Cara Petugas Memadamkan Kebakaran Lahan Gambut di Pekanbaru

 

Darurat asap

Pemerintah Kota Pekanbaru awal pekan ini resmi menetapkan status siaga darurat asap. Penetapan itu menyusul kualitas udara di Ibu Kota Provinsi Riau tersebut semakin memburuk sebagai dampak kebakaran hutan dan lahan.

"Kami sepakat dengan kondisi Pekanbaru saat ini berasap, maka ditetapkan status siaga darurat asap, provinsi malah sudah sejak 19 Februari lalu," kata Sekretaris Daerah Pekanbaru M Noer.

Kualitas udara Pekanbaru yang memburuk, dan sesuai laporan BPBD dan BMKG, situasi panas masih akan berlangsung hingga Oktober 2019.

Sejalan dengan status siaga oleh Provinsi Riau yang berlaku sejak 19 Februari sampai Oktober nanti, maka dia mengatakan Pekanbaru perlu menetapkan status siaga yang bertujuan agar penanganan dampak asap tersebut bisa menyeluruh dan sistematis.

Baca juga: BRG Sebut Penurunan Titik Panas di Lahan Gambut Capai 90 Persen

"Dengan status siaga ini maka semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, secara kebersamaan ikut terlibat dalam penanggulangan bahkan pengawasan kalau ada kebakaran. Selain tentunya pembiayaan bisa juga didapat baik lewat pemanfaatan anggaran darurat daerah maupun pusat," ujar Sekda.

Lewat status ini, dinas terkait, seperti Kesehatan, BLH dan Disdik, bisa membuat kajian dan laporan rutin setiap hari mengenai perkembangan kualitas udara sehingga bisa diambil kebijakan apakah anak sekolah libur atau tidak.

"Makanya setelah ini laporan kualitas udara harus selalu disampaikan, dimintakan Diskes dan KLHK untuk menentukan layak tidak layak udara Pekanbaru, dan apakah perlu meliburkan siswa mulai PAUD dan selanjutnya," tuturnya.

Baca juga: Kepala BRG: 400.000 Hektar Lahan Gambut Nonkonsesi Belum Direstorasi

Menurut Noer, sampai saat ini belum ada keputusan libur sekolah bagi siswa setempat karena perlu ada kajian khusus.

Selain itu, dia mengimbau agar Diskes membuat edaran ke Disdik agar meniadakan kegiatan belajar mengajar di luar ruangan serta meminta masyarakat menggunakan masker.

"Kepada BLH diminta memantau alat pemantau ISPU dipastikan aktif tidak rusak. Pastikan ISPU Sukajadi, Tampan , Kulim, dan Tenayan jangan mati hanya karena gak ada batre," kata M Noer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com