Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aneka Bencana yang Mengintai Bandara YIA: Tsunami, Likuefaksi, Gempa, hingga Hujan Abu

Kompas.com - 06/08/2019, 06:28 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Potensi bencana alam memang mengelilingi Bandar Udara Yogyakarta International Airport (Bandara YIA) di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Tidak hanya ancaman gempa bumi dan tsunami seperti yang selama ini dipahami orang. Ancaman bencana juga berupa likuefaksi atau pencairan tanah.

PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I mengklaim telah melakukan langkah-langkah mitigasi untuk menghadapi kemungkinan datangnya bencana-bencana itu, termasuk likuefaksi.

Mitigasi likuefaksi

Direktur Teknik AP I, Lukman F Laisa menceritakan, likuefaksi memang salah satu ancaman yang bisa berakibat serius bagi YIA. Pasalnya, struktur tanah pada YIA adalah pasir dan muka air laut yang tinggi.

Baca juga: 66 Penerbangan Domestik Luar Jawa dari Adisutjipto Pindah ke YIA Per Oktober

Likuefaksi ini memungkinkan terjadi di sini, karena material di sini ini pasir halus. Kemudian muka air yang tinggi. Bila kita goyang airnya ini naik dan pasirnya turun,” kata Lukman ketika menerima rombongan Komisi V DPR RI di kantor PP, Senin (5/8/2019).

Pemadatan struktur tanah pasir pun dilakukan khusus agar pasir tidak mudah bergerak. AP I pun menerapkan teknik dynamic compaction untuk kawasan kosntruksi pada sisi udara YIA.

Teknik ini berupa upaya pemadatan dengan menjatuhkan besi seberat 20 ton dari ketinggian 25 meter. Sedangkan pemadatan pada sisi darat dilakukan dengan rapid impulse compection.

“Kedua teknik itu atas rekomendasi pakar-pakar likuifaksi. Para pakar itu terlibat di sini. Kita mengikuti semua rekomendasinya. Semua itu menyebabkan cost naik,” kata Lukman.

Likuefaksi satu dari beberapa potensi bencana yang bagi sisi selatan pulau Jawa. Kawasan ini kerap dianggap paling sering menerima bencana, utamanya gempa dan tsunami. Pada sisi yang sama, di Yogyakarta, YIA dibangun dan sebentar lagi beroperasi secara penuh.

Baca juga: Bupati Hasto: Sultan Tidak Keberatan Ada Tol Pendukung YIA, Tapi...

Tahan gempa M 8,8 dan tsunami 12 meter

Demi menghadapi ancaman itu, terminal diangun dengan kemampuan menahan gempa berkekuatan magnitudo 8,8.

Menghadapi tsunami, sejumlah bangunan juga dirancang mampu menghadapinya. AP membangun terminal dan beberapa bangunan pendukungnya dengan ketinggian bangunan di atas kemungkinan tsunami yang akan datang ke bandara.

Tsunami diperkirakan bisa sampai 12 meter. Karenanya, lantai mezanin dan lantai kedatangan langsung berada pada ketinggian 15,25 meter dari permukaan laut.

Lantai keberangkatan yang berada di atas lantai mezanin berada pada ketinggian 21,25 meter. Penumpang yang berada di atasnya tentu akan aman.

Baca juga: 5 Fakta Polemik Proyek Jalan Tol di Yogyakarta, Alasan Sri Sultan Menolak hingga Jalur ke YIA Selain Lewat Tol

Sementara itu, landasan pesawat berada 7,4 meter di atas permukaan laut. Sedangkan landasan apron 9 m.

“Setiap hari kami menjawab pertanyaan tentang tsunami. Tsunami ini selalu menjadi momok,” kata Lukman.

Lukman menceritakan, pihaknya sampai memperhitungkan bagaimana tsunami itu datang sampai tiba di apron dalam tempo 37 menit sejak gempa terjadi.

Kecepatan terjangan ombak 18-20 km per jam. Dalam waktu seperti itu, AP telah merancang pihaknya bisa menerbangan semua pesawat.

Baca juga: 2020, Semua Maskapai Direncanakan Sudah Beroperasi di Bandara YIA

Bangun pusat krisis

Bangunan crisis center juga merupakan bagian dari mitigasi yang dilakukan AP. Masyarakat di luar bandara bisa memanfaatkannya bila gempa dan tsunami datang.

Ketinggian crisis center ini sama dengan terminal dengan kemampuan daya tahan menghadapi gempa yang sama dengan terminal.

“Kita juga ada crisis center yang tingginya sama. Early system yang terhubung dengan BMKG. Sehingga kita punya waktu sebelum tsunami yang datang,” katanya.

AP I juga mengharapkan kerja sama untuk membuat buffer zone atau sabuk hijau di sepanjang pantai untuk menghadapi tsunami.

“Akan dilakukan penanaman pohon yang sangat rapat. Ini akan mereduce kecepatan tsunami,” katanya.

Baca juga: Potensi Tsunami di Bandara Kulon Progo, Bagaimana Mitigasi yang Ideal?

Ancaman Abu Vulkanik Merapi

Selain tahan gempa, tsunami, dan likuifaksi, AP I mengklaim telah memperhitungkan bagaimana bila atap bangunan terminal menerima beban debu vulkanik, atau abu vulkanik, atau hujan abu

Yogyakarta memiliki gunung api aktif Merapi. Tidak jauh dari sana juga banyak gunung berapi yang juga aktif. Abu vulkanik bisa saja menjadi ancaman lain.

"Meski belum pernah ada yang seperti ini," kata Lukman.

YIA pun disiapkan mampu menahan debu vulkanik yang bisa saja menyerang kapan saja. AP pun  merancang struktur atap bangunan yang mampu menahan debu seluas atap yang ada.

Lukman mengatakan, AP sampai menambah perkuatan struktur baja untuk memperkuat struktur bangunan itu.

Dari semula 4 juta kilogram menjadi 11 juta kg baja untuk menguatkan struktur bangunan.

"Atap bandara nanti mampu menahan debu sampai setebal 5 cm,” kata Lukman.

Baca juga: Bandara Kulon Progo Bakal Serap 3.000 Karyawan, Warga Lokal Disiapkan Jadi Pramugari hingga Petugas Avsec

Beroperasi 100 persen di Desember

Sementara itu, semua masih dalam pengerjaan. Gedung terminal, penguhubung, gedung parkir, hingga flyover merupakan bangunan yang masih dalam tahap penyelesaian.

Bandara sendiri kini berada dalam progres pembangunan 69,7 persen. Walau demikian, tampak struktur bangunan yang sudah jadi dan sudah hampir tertutup kaca seluruhnya.

 AP I masih menyelesaikan pembangunan flyover yang sudah memasuki tahap finishing. AP I juga sudah mulai masuk tahap memasukkan arsitektur dan finishing interior.

AP I mengaku optimistis pembangunan YIA selesai sesuai jadwal.

“Target Desember bisa 100 persen. Sekarang sudah 70 persen. Tinggal 30 persen lagi. Semoga bisa dikejar,” kata Direktur Utama AP I, Faik Fahmi. 

Baca juga: Aktivis: Bandara Baru Yogyakarta Berada di Kawasan Rawan Tsunami

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com