Tak hanya itu, Tutik bersyukur karena teman-teman sekelas banyak yang bersimpati dengan Fatta.
Baca juga: Kisah Siswi SMP di Samosir, Tembus Paspamres dan Beri Gitar Kayu ke Jokowi
Teman sekelas acapkali membantu membelikan jajan hingga membantu mengangkat Fatta duduk di kursi.
Sebelum masuk bangku SD, seorang guru di TK-nya meragukan bila Fatta bisa diterima di SDN umum.
Namun nasib berkata lain. Fatta diterima di SDN I Coper dan mengikuti pelajaran seperti siswa normal lainnya.
Setelah empat tahun mengenyam pendidikan di SD, Tutik berharap kelak Fatta bisa mengenyam ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Tak hanya itu, Tutik berharap kemujizatan datang kepada anaknya berupa sembuh dari kelumpuhan.
Baca juga: Kisah Nadya Valerie, Gadis Periang yang Berjuang Melawan Kanker Getah Bening
Meski penghasilannya sebagai penjual keliling mainan anak-anak pas-pasan, Tutik sampai saat ini masih terus mencari pengobatan alternatif untuk kesembuhan anaknya.
Ia masih merindukan seseorang bisa menolong anaknya agar bisa berjalan normal seperti anak-anak lainnya.
Untuk diketahui keseharian Tutik bersama suaminya berjualan keliling mainan anak-anak di tempat hajatan.
Untung dari berjualan mainan bisa saja mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 300.000. Namun keuntungan itu tidak bisa dipastikan saat berjualan.
“Ramai tidaknya tergantung banyaknya acara kegiatan masyarakat. Kalau tidak ada jualan maka keuangan kami tidak lancar,” jelas Tutik yang masih tinggal di rumah kedua orang tuanya.
Baca juga: Kisah Warga Perbukitan Karts Bertahan Hidup Tanpa Sumber Air...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.