Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Khalil, Teman Tuli yang Terpilih Jadi Ajudan Ridwan Kamil

Kompas.com - 05/08/2019, 06:43 WIB
Dendi Ramdhani,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Mendapat pesan itu, Khalil mengaku merasa gugup. Ia khawatir kehadirannya tak banyak membantu aktivitas Ridwan Kamil. Dalam kondisi gugup, kata Khalil, Ridwan Kamil kembali memberinya dorongan semangat.

Baca juga: Istana Siap Bantu Kasus Dokter Romi yang Dibatalkan sebagai CPNS karena Difabel

Disemangati Ridwan Kamil

"Bapak melihat saya gugup, beliau tulis lagi Semangat kamu pasti bisa. Itu paling berkesan banget buat saya," kata dia.

Khalil mengatakan, banyak ilmu yang ia dapat selama mendampingi Ridwan Kamil.

Tak hanya melihat keseharian Ridwan Kamil, ia pun turut belajar tugas para pendamping Ridwan Kamil lainnya. 

Seperti ajudan, sekretaris pribadi, pengawal pribadi, petugas patroli pengawalan, hingga sopir pribadi.

Di waktu senggang, Khalil juga kerap mengajarkan mereka bahasa isyarat seperti alfabet atau percakapan sehari-hari.

Ia pun menyadari jika problematikan Jawa Barat itu sangat pelik setelah ia mengikuti sejumlah rapat.

Khalil pun menilai, sangat sulit menjadi seorang Ridwan Kamil. Tiap hari, kata Khalil, ia kerap kali terlambat makan siang atau makan malam lantaran agenda yang sangat padat.

"Agendanya itu rata-rata dari pukul 08.00 sampai jam 21.00 WIB, bahkan bisa sampai puk 23.00 WIB. Kadang makan malam jadi keundur," ungkapnya.

Dari pengamatannya, Ridwan Kamil merupakan sosok pemimpin yang tegas, visioner, solutif dan sangat tak menyukai berita hoaks.

Baca juga: Cerita Sonya Maramis, Juru Bahasa Isyarat Debat Pilpres yang Viral di Media Sosial

Pengalaman berharga

Dalam rentetan agenda padatnya, kata Khalil, Ridwan Kamil masih sempat untuk menyapa warga atau sekadar melayani permintaan swafoto.

"Beliau itu ramah sama warga walaupun saya tahu beliau lagi kelelahan. Agendanya padat banget, sampai kadang saya lihat ekspresi Bapak seperti capek banget harus berangkat ke sana sini. Kalau lihat bapak capek, mood-nya seperti enggak santai," tuturnya.

"Jadi pemimpin itu sulit karena harus berpikir cepat, kebijakan harus merata adil, meskipun berat tekanannya harus tetap bisa berpikir tenang," tambahnya.

Meski singkat, menjadi ajudan Ridwan Kamil jadi pengalaman paling berkesan bagi Khalil.

Kesempatan itu pun kian memotivasinya untuk menjadi sosok yang lebih berguna bagi masyarakat dan teman difabel.

"Pesan untuk teman tuli saya harap kalian bisa berani dan percaya diri. Cari ilmu yang banyak jangan berpikir ada hambatan. Harus berdamai dengan diri sendiri jangan berpikir negatif. Sampai akhirnya diri kamu bisa berkembang dan itu butuh proses," jelasnya. 

Baca juga: Buka Asian Para Games 2018, Jokowi Gunakan Bahasa Isyarat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com