Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Bersenjata, Pendidikan 700-an Anak Pengungsi Nduga di Papua Terbengkalai

Kompas.com - 05/08/2019, 06:15 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Opinus, bocah laki-laki yang duduk di kelas empat Sekolah Dasar itu terbata-bata membaca tulisan yang disodorkan kepadanya.

Dia adalah salah satu anak pengungsi Nduga yang kini tinggal di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Akibat konflik, dia terpaksa terpisah dengan ibunya.

Sudah beberapa waktu lamanya, Opinus tidak belajar di sekolahnya yang terletak di Distrik Yigi.

Berbeda dengan Opinus, Dutiana yang sudah berbulan-bulan mengungsi di Wamena, sempat belajar di sekolah darurat yang dibangun untuk para pengungsi.

Bahkan, dia melaksanakan ujian akhir SD-nya di sekolah darurat tersebut.

Anak pengungsi lain, Balison, yang masih duduk di kelas tiga SD, mengaku mendapat banyak pelajaran ketika bersekolah di sekolah darurat yang terletak di halaman Gereja Weneroma.

Baca juga: Kisah Pengungsi Nduga Papua, Tak Punya apa-apa dan Ingin TNI Ditarik Agar Bisa Kembali ke Desa

Ruang kelas darurat untuk anak-anak pengungsi Nduga. dok BBC Indonesia Ruang kelas darurat untuk anak-anak pengungsi Nduga.

Kondisi sekolah darurat yang rusak berat membuat anak-anak pengungsi terpaksa kembali tidak bisa mengenyam pendidikan.

Kini, para relawan sedang membangun kembali sekolah darurat yang sempat vakum selama satu bulan terakhir.

"Yang utama bagi kami adalah hak anak jangan hilang hanya karena ada konflik, ada persoalan politik," ujar Koordinator relawan pengungsi Nduga dari Yayasan Teratai Hati Papua, Ence Geong, kepada BBC News Indonesia, Kamis (01/08).

Ketua Yayasan Pengembangan Pendidikan dan Perekonomian Rakyat Papua, Aki Logoh, menyatakan harapannya agar pemerintah dan pihak gereja lebih memperhatikan nasib pendidikan anak-anak pengungsi.

"Siapkan tempat yang layak untuk anak-anak supaya mereka ada kesempatan belajar, karena semua harus belajar demi kepentingan masa depan," ujar Aki.

"Seharusnya pemerintah buka mata, gereja juga buka mata. Kita semua kerja sama, pemerintah, masyarakat, gereja, kita semua kerja sama untuk mengangkat anak-anak ini," imbuhnya.

Baca juga: Tokoh di Balik Konflik Nduga, Siapa Egianus Kogoya?


Sempat rusak, kini dibangun kembali

Susana belajar mengajar di SD Tiranus. dok BBC Indonesia Susana belajar mengajar di SD Tiranus.
Bangunan semipermanen berdinding terpal dan beratap seng yang terletak di halaman Gereja Weneroma menjadi tempat bersekolah bagi sekitar 723 anak pengungsi Nduga yang kini tinggal di Wamena.

Dengan material seadanya, sekolah darurat dibangun pada 1 Februari silam, setelah pembangunan selesai sepekan sesudahnya, anak-anak pengungsi mulai bersekolah.

Awalnya, sekolah darurat menampung sekitar 320 anak sekolah dari 10 SD, empat SMP, dan satu SMA di 16 titik di Kabupaten Nduga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com