Ilyas semakin merasa kehilangan dan berusaha semaksimal mungkin untuk memulangkan Carmi.
Dia mendatangi dan juga berulang kali didatangi sejumlah pihak yang mengaku dapat memulangkan Carmi. Upaya itu tidak gratis.
Mulai saat itu, Warniah, istri Ilyas, perlahan menguras harta benda yang dimilikinya.
Dia menjual tanah, menjual lebih dari 40 ton stok garam di gudang, menjual kambing, menjual sebagian besar harga bendanya hingga puluhan juta rupiah.
Bahkan Warniah menyebut, Ilyas hampir saja menggadaikan harta satu-satunya, yakni rumah.
“Berjuta-juta. Apa maning kie, apan diborek-kaken, borek-kaken engko sedina-dina bocah apan tinggal ning endi? (apa lagi ini rumah, mau digadaikan. Kalau digadai, nanti sehari-hari anak-anak mau pada tinggal dimana?),” kata Warniah.
Beruntung, setelah diberi banyak pertimbangan, Ilyas tidak jadi menggadaikan rumahnya.
Selain itu, Sofiyudin, paman Carmi, juga menemani Ilyas pulang pergi ke Jakarta menemui pihak perusahaan yang memberangkatkan Carmi.
Setelah itu, ke kantor pemerintah dan juga KBRI. Upaya yang dilakukan berulang kali hingga tahun 1995, juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Baca juga: Derita TKW asal Lombok, Dijual Rp 110 Juta hingga Disiksa dan Disiram Air Panas di Arab Saudi
Tahun 1995, kata Sofiyudin, Carmi berhasil dilacak. Dia bersama Ilyas sempat berkomunikasi dengan Carmi melalui telpon di KBRI. Setelah itu juga Carmi mengirimkan foto.
“Nah setelah tujuh tahun (pertama 1988-1995), Carmi berhasil dilacak KBRI. Ada hasil, bahkan ada pengiriman foto dari sana, Carmi sama majikannya, satu buah, yang satunya Carmi bersama pihak kedutaan Saudi-nya. Setelah itu terus ga ada informasi apa-apa hingga saat ini,” ungkap Sofiyudin.
Sofiyudin, Ilyas serta seluruh sanak saudara lainya sangat memohon kepada pemerintah untuk membantu mencari Carmi di Arab Saudi. Dia tidak tahu harus berbuat apalagi karena seluruh daya sudah dikerahkan.
Dia berharap nasib Turini, TKW yang berhasil ditemui pemerintah, juga terjadi pada Carmi sehingga dapat segera pulang ke kampung halamannya.