Rumah baca ini terletak di desa penyangga, sekitar 500 meter dari pintu masuk hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung Timur..
Salah satu relawan di rumah baca tersebut adalah Tuti Setiyowati (37) yang pernah bekerja selama 11 tahun di Singapura dan Taiwan sebagai tenaga kerja wanita (TKW).
Setiap akhir pekan di selalu membuka les Bahasa Inggris untuk anak-anak di rumah baca.
Baca juga: Rumah Baca Akar Pelangi, dari TKI untuk Negeri
Muhammad Fauzi membuka rumah baca di Desa Sukorejo Buduran Kabupaten Sidoarjo.
Sehari-hari, Fauzi berprofesi sebagai penjual jamu keliling. Biasanya dia berangkat dari rumah sekitar jam 6 pagi dan mangkal di depan pabrik hingga jam 8 pagi.
Setelah pekerja masuk, Fauzi kembali berkeliling untuk menjual jamunya.
Profesi sebagai penjual jamu dia lakoni sejak menikah dengan Imroatul Mufidah (30) pada tahun 2005. Namun bukan hanya sekedar menjual jamu, Fauzi juga membawa buku untuk dipinjamkan ke para pelanggannya.
"Maksimal mereka bisa pinjam buku sekitar dua minggu soalnya kalo pekerja pabrik kan mereka tidak banyak waktu membaca. Jadi waktu pinjamnya agak lama," kata lelaki lulusan Pondok Pesantren Bustanul Arifin Songgon Banyuwangi.
Ia mengaku tidak takut jika buku-buku yang dipinjamkan hilang dibawa pelanggan.
"Ada yang hilang tapi enggak banyak kok. Kan sudah niat untuk dipinjamkan biar pelanggan saya banyak yang baca dan suka baca," katanya sambil tertawa.
Baca juga: Kisah Fauzi dari Jual Jamu Sambil Bawa Buku hingga Bangun Rumah Baca
Pria yang kini menginjak usia 42 tahun itu akan berjalan kaki mengitari Danau Toba sepanjang 305,65 kilometer selama delapan hari untuk mencari donatur untuk Sopo Belajar.
Perjalanan Togu dimulai pada 19 November hingga 26 November 2018.
Dalam aksi ini, lulusan S-2 Oxford Brookes University itu menargetkan mampu menggalang dana Rp 300 juta dengan rincian target donasi senilai Rp 1 juta per kilometer.
Dalam perjalanan panjang tersebut dia dan tim Literasi Nusantara dari Gramedia menghampiri satu per satu sekolah di tujuh Kabupaten Sumatera Utara (Sumut) dan membagikan buku serta alat tulis.
Togu mengatakan, rumah baca yang didirikannya sejak sembilan tahun silam di bawah Yayasan Alusi Tao Toba itu berhasil memberikan manfaat untuk 2.012 anak pada 2017.
Pada 2018, dia kembali menargetkan 3.200 anak bisa menerima manfaat dari Sopo Belajar.
Hati Togu meluap dengan gagasan untuk membangun Sopo Belajar di desa kelahirannya itu karena melihat banyaknya anak-anak yang menghabiskan waktu seusai sekolah dengan hanya berladang.
Padahal, menurut dia, seorang anak mempunyai hak untuk belajar meskipun selepas sekolah.
“Kami lebih mengambil jam di luar sekolah untuk memberikan hal positif dengan membaca. Sebab, hampir seluruh anak sekolah membutuhkan itu, tidak hanya untuk di ladang saja,” kata Togu, Minggu (18/11/2018).
Baca juga: Cerita Lulusan Oxford Bakal Jalan Kaki Keliling Danau Toba Selama 8 Hari demi Rumah Baca
Rumah Baca terletak di tengah-tengah Desa Bajo Bahari dan berada di atas lautan. Rumah Baca yang dibuat semi permanen ini mempunyai ukuran yang kecil, dengan luas sekitar 12 meter persegi.
Brigadir Almuhalid yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas dan Kopral Satu Sutardi bertugas Babinsa di Desa Bajo Bahari mengajarkan anak-anak membaca dengan perpustakaan keliling menggunakan sepeda motor.
Sekitar 59 persen, penduduk Desa Bajo Bahari masih buta huruf.
“Kendalanya kita ini masih kekurangan buku bacaan. Buku saat ini baru sekitar 50 buah. Kita berharap ada relawan atau pihak-pihak terkait yang menyumbangkan buku,” harap Almuhalid.
Baca juga: Polisi dan Tentara Dirikan Rumah Baca, Anak-anak Pun Senang
Sumber Kompas.com (Retia Kartika Dewi, Puthut Dwi Putranto Nugroho, M Iqbal Fahmi, Moh. Syafií, Eni Muslihah, Aji YK Putra, Defriatno Neke)