Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pengasuh Pesantren Berupaya Kembangkan Kurma di Kediri

Kompas.com - 31/07/2019, 18:31 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Bagaimana jadinya jika kurma dibudidayakan di wilayah tropis?. Seorang warga di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, nampaknya sedang mencoba menjawab pertanyaan itu.

Saat ini, warga yang bernama Mustain Anshori itu tengah membudidayakan tanaman yang terkenal di Timur Tengah itu di atas lahan luas sekitar 3.000 meter persegi di wilayah Pari Ulu Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.

Pria yang juga pengasuh pesantren dengan nama yang sama dengan desanya itu, yaitu Pesantren Pari Ulu, itu beberapa tahun terakhir ini memang sedang melakukan "penelitian" mandiri tentang kurma.

Penelitian swadaya itu dilakukannya dengan menanam beberapa kurma dari biji. Dengan perawatan yang dilakukannya, beberapa jenis kurma seperti ajwa dan deglet nor ternyata bisa berbuah.

Baca juga: Kasus Pencabulan Santri, Pimpinan Baru: Jangan Hakimi Pesantren Kami

"Penelitian pertama, pohon usia 3,5 tahun berbuah dan panen usia 4 tahun," ujar Mustain saat ditemui di lahannya di Pari Ulu, Kecamatan Gurah, minggu lalu.

Setelah itu dia juga mulai melakukan penelitian lanjutan dan menghasilkan durasi panen yang lebih cepat, yaitu hanya kisaran 2 tahunan pohon kurmanya sudah berbuah hingga panen.

Hanya saja kurma hasil penanamannya itu mempunyai buah yang jauh lebih kecil daripada kurma pada umumnya. Menurut Mustain itu karena medium tanam yang masih menggunakan pot yang membuat akarnya tidak bisa leluasa bergerak.

Penanaman kurma pada lahan yang lebih luas saat ini juga bagian dari upaya penelitiannya itu. Dan jenis kurma yang ditanamnya juga cukup banyak, mencapai 16 jenis.

Green House Kurma

Pengamatan-pengamatan awal tentang itu dilakukannya di sebuah tempat tertutup layaknya greenhouse.

Di tempat itu kurma-kurma dari biji ditanam di plastik polybag hingga siap tanam. Setiap plastik tertulis nama dan tanggal tanamnya untuk mempermudah identifikasinya.

Mustain mengatakan, selama perawatan tanamannya itu dia mencoba melakukannya secara terukur. Baik pada pengairannya maupun pada pemberian pupuknya. Pupuk yang digunakan juga diusahakannya organik.

Baca juga: Pimpinan Pesantren Ditangkap karena Pencabulan, Ratusan Santri Pindah

Bahkan dia juga berupaya memberlakukan perawatan itu dengan "kasih sayang" selayaknya kepada makhluk hidup. Sebab dia meyakini perawatan yang baik semisal ucapan yang positif akan membawa pengaruh baik pula pada perkembangan tanamannya.

"Harus pakai kalimat-kalimat toyyibah (baik)," lanjut dia, yang menurutnya didasari atas ajaran kitab agama Islam.

Motivasi

Mustain mengaku mulai mengembangkan kurma karena meihat lingkungan sekitarnya banyak pohon kelapa yang mati akibat penyakit. Dari situ dia mencari jenis tanaman yang cukup tahan penyakit, cuaca, sekaligus bernilai ekonomi sehingga mencoba menanam kurma.

Dia berharap jika nantinya budidayanya itu sukses, bisa menjadi salah satu medium peningkatan kesejahteraan umat.

Sementara itu, budidaya kurma di lahan tropis sebenarnya bukan hal yang mustahil. Di luar negeri, Thailand contohnya, kurma bisa dikembangkan di perkebunan dan bahkan sudah dilakukan untuk keperluan komersil. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com