Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Penyintas Bencana Sigi yang Bertahan Hidup dengan Mengolah Lahan Gersang

Kompas.com - 31/07/2019, 13:44 WIB
Erna Dwi Lidiawati,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

SIGI, KOMPAS.com - Ladang jagung tumbuh subur di atas tanah seluas kurang lebih 1 hektare, di Desa Jono Oge, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Ada pula sawi, kangkung, tomat yang ditanam.

Tanaman pangan ini diberdayakan oleh warga penyintas bencana Sigi di lokasi hunian sementara (huntara). Huntara yang dibangun ini merupakan bantuan dari Dompet Dhuafa. Sementara lahan huntara merupakan milik seorang warga yang dipinjamkan pasca-bencana terjadi.  

Salah seorang ibu rumah tangga, Siano Lakera (57) mengatakan, lahan yang ditanami warga penyintas bencana ini dulunya merupakan tanah gersang yang hanya ditumbuhi rumput liar yang berduri.

Kemudian lahan itu diolah menjadi sumber pangan untuk memenuhi kebutuhan warga.

"Kami berusaha bisa memenuhi kebutuhan pangan keluarga kami dengan situasi yang serba susah seperti sekarang ini,” kata Siano, Rabu (31/7/2019).  

Baca juga: Kisah Nenek Pemulung Menabung 5 Tahun untuk Beli Sapi Kurban

Kemudian ia mengajak para penyintas lain untuk menanam lombok, tomat dan tanaman apa saja yang bisa dimanfaatkan untuk hidup sehari-hari.

Warga kemudian dengan kesadaran sendiri berusaha menanam lombok, tomat dan berbagai tanaman lain yang bisa dikonsumsi tanpa harus membeli. Tanaman pangan itu kemudian ditanam dengan menggunakan polybag yang disimpan di halaman masing-masing.

Untuk menyiram tanaman tersebut, warga harus bijak menggunakan air.

“Kita ambil airnya lumayan jauh. Air besih itu kita isi di galon ukuran 19 liter, air itu kita pakai untuk masak dan cuci piring. Limbah cucian piring itu kita tidak buang, tapi kita pakai untuk siram tanaman. Alhamdulillah bibit yang kita tanam bisa tumbuh subur,” ujar Siano.

Hingga akhirnya tiga bulan pasca-bencana, warga penyintas di huntara ini mendapat bantuan kemanusiaan berupa pompa air celup atau submersible pump.

Dengan teknologi pompa air ini warga tak lagi kesulitan air. Lahan kosong nan gersang kini disulap menjadi lahan produktif.

Lahan itu kini hijau. Jika hari pasar tiba mereka membawa hasil tanaman pangannya ke pasar dan dijual. Hasilnya cukup lumayan, warga bisa membawa pulang uang sebesar Rp 40.000.

Baca juga: Viral Kisah Bocah 7 Tahun ke Sekolah Pakai Baju Kotor dan Tanpa Alas Kaki, Ini Faktanya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com