Konflik ini menurutnya sudah terpelihara selama bertahun-tahun. Belum lagi masyarakat Adat Dayak Meratus yang hingga saat ini tidak diakui wilayah adatnya oleh pemerintah.
“Contoh, Masyarakat punya tanah, tapi izin pengelolaan dimiliki oleh perusahaan. Sampai sekarang masalah ini belum selesai. Belum lagi masyarakat Adat Dayak Meratus sampai sekarang belum diakui wilayah adatnya, lalu tergusur terus dan terpinggirkan dan dipinggirkan," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (18/7/2019).
Baca juga: Di Hadapan Para Kepala Daerah, Wapres Singgung Pemindahan Ibu Kota
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan optimis jika ditunjuk menjadi ibu kota baru.
Kepala Bappeda Kalsel Fajar, juga menjelaskan, Walhi tidak perlu mengkhawatirkan potensi konflik agraria yang mungkin terjadi.
Menurutnya, pemerintah pusat melalui program perhutanan sosial telah mengatasi masalah tersebut.
“Sekarang pemerintah melalui Pak Jokowi ada program perhutanan sosial, bagi-bagi sertifikat gratis. Itu maksudnya apa? Supaya warga yang memiliki itu tidak terpinggirkan. Mereka diberi 2 hektare dan program ini jalan terus sampai sekarang," ujarnya saat ditemui di Kantor Gubernur Kalsel di Banjarbaru.
Baca juga: Pemerintah Siapkan 10 Wilayah Metropolitan Penopang Ibu Kota Baru
Untuk sementara, ada dua lokasi yang menjadi kandidat kuat ibu kota baru, yaitu di kawasan Bukit Soeharto, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur serta Kabupaten Gunung Mas di Kalimantan Tengah.
Pada tahap awal, ibukota baru akan menampun 1,5 juta penduduk. Perhitungan tersebut sudah termasuk perkiraan jumlah PNS pusat, pegawai legislatif, yudikatif, legislatif yang diperkirakan sebanyak 200.000 jiwa.
Sementara untuk aparat Polri dan TNI sekitar 25.000 jiwa. Setidaknya, untuk membangun ibukota baru yang rencananya akan seluas 40.000 hektar, pemerintah memerlukan dana hingga 33 miliar dollar AS atau Rp 446 triliun.
Baca juga: Ibu Kota Baru Didesain Menampung 1,5 Juta Penduduk
Sumber: KOMPAS.com (Andi Muhammad Haswar, Ghinan Salman)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.