Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Kekeringan di Gunungkidul Dimanfaatkan Jadi Sumber Penghasilan

Kompas.com - 30/07/2019, 11:59 WIB
Markus Yuwono,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

Penghormonan yang dimaksudkan adalah dengan melakukan rekayasa genetik pada pohon dengan menyiramkan dipangkal pohon menggunakan cairan hormon yang sudah dikembangkan.

Dengan cara itu, pohon tersebut akan berbuah tidak mengenal musim.

Peningkatan kesejahteraan

Selain di Semanu, kebun buah juga dikembangkan di Kecamatan Patuk. Untuk total lahan yang dikembangkan mencapai 32 hektare.

Pengembangan kebun buah ini dinilai, akan meningkatkan pendapatan dari para petani.

Pembuatan kebun buah dengan dua jenis tanaman, yakni durian dan kelengkeng. Kedua benih yang ditanam merupakan jenis super, karena memiliki harga jual yang diatas rata-rata.

Untuk durian, jenis yang ditanam ada beberapa varietas mulai dari musang king, durian hitam dan bawor.

Pendiri Yayasan Mahisa Agni Yogyakarta Wahyu Purwanto mengatakan, pemilihan Gunungkunir sebagai percontohan, karena wilayah ini daerah miskin.

Untuk pengembangan kebun buah, pihaknya memiliki teknologi sehingga dapat mengatasi masalah terhadap budidaya. 

Tujuan lain pengembangan juga sebagai pendukung potensi wisata di Gunungkidul yang selama ini masih mengacu pada panorama keindahan alam.

"Salah satunya kan masalah panen, dengan teknologi penghormonan, durian atau kelengkeng yang ditanam bisa dipanen tanpa mengenal musim," kata Wahyu.

Wahyu mengatakan, potensi Gunungkidul cukup besar, baik dari sisi sumber daya alam maupun potensi lain. Bahkan, daerah tersebut merupakan luasan wilayah terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta dan memiliki laut yang cukup luas.

Menurut Wahyu, hal yang perlu dipikirkan yakni bagaimana memanfaatkan potensi alam untuk mendorong pendapatan daerah.

"Saya sudah pernah menjabat Rektor UGK, sehingga bisa memahami tentang potensi Gunungkidul," ucap Wahyu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com