Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tasikmalaya lewat Gelaran Tasik Motekar

Kompas.com - 29/07/2019, 13:46 WIB
Irwan Nugraha,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Pagelaran budaya Tasik Motekar digelar selama sepekan dalam rangka memeriahkan hari jadi ke-387 Kabupaten Tasikmalaya di kompleks pusat pemerintahan daerah setempat.

Berbagai pagelaran budaya dan hiburan dilaksanakan untuk memanjakan masyarakat setempat selama 7 hari berturut-turut hingga 29 Juli 2019.

Kegiatan tersebut diisi mulai dari pagelaran budaya Sunda, pengenalan sejarah Tasikmalaya, bazar produk unggulan, sampai pameran kopi asal Tasikmalaya dan nusantara.

Puncak Tasik Motekar akan diisi dengan rapat paripurna terbuka tahunan mengenai hari jadi ke-387 di Gedung DPRD Kabupaten Tasikmalaya.

Sebagai agenda penutupan, dilaksanakan Festival Jampana yang diikuti sebanyak 351 desa yang mempertontokan kreasi seni dari hasil bumi daerah masing-masing.

"Puncaknya kemarin kita biasa melakukan paripurna terbuka tahunan sebagai peringatan hari jadi Tasikmalaya," ujar Bupati Tasikmalaya Ade Sugianto, kepada wartawan di kantornya, Senin (29/7/2019).

Peringatan hari jadi tahun ini yang bertajuk Tasik Motekar sengaja dilaksanakan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Salah satunya, karena adanya stand museum mini yang memberikan edukasi terkait sejarah Tasikmalaya.

Foto-foto para pimpinan dan tokoh Tasikmalaya pun sengaja ditempel sedemikian rupa di gerbang masuk lokasi perhelatan tersebut. Hal ini untuk memberikan daya tarik sendiri bagi masyarakat akan pentingnya sejarah Tasikmalaya.

"Kami buat semenarik mungkin, supaya masyarakat tertarik dan tahu sejarah Tasikmalaya. Kami juga memasang ornamen bambu yang ditempel tokoh-tokoh masa lalu di Tasikmalaya. Alhamdulillah, setiap hari masyarakat banyak yang datang," ujar Ade.

Baca juga: Dilirik Investor, Apa Saja Potensi Wisata Kelas Dunia di Trenggalek?

Berbagai pagelaran budaya buhun atau zaman dulu pun ditampilkan hampir tiap sore sampai malam hari.

Misalnya, seperti pertunjukkan lais atau sejenis debus. Lais sendiri adalah seseorang menaiki tambang yang dibentang secara vertikal oleh dua bambu berukuran sampai 10 meter lebih. Seorang lais di atasnya dikendalikan secara mistis oleh orang di bawahnya.

"Itu salah satu budaya kita," kata Ade.

Selain Lais, ada beberapa kebudayaan lainnya seperti "bambu gila" yang biasa dipertontonkan di televisi.

Kemudian, beberapa hiburan modern yang dimeriahkan artis ternama ikut digelar, seperti pagelaran dangdut dan band ST 12 Charlie Van Houten.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com