BANDUNG, KOMPAS.com - Kepala Sub bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Nia Haerani angkat suara soal keinginan PT Graha Rani Putra Persada (GRPP) selaku pengelola Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu yang ngotot ingin segera membuka kembali akses bagi wisatawan.
Nia mengakui cukup sulit untuk berkoordinasi dengan pihak pengelola soal potensi bahaya dari Gunung Tangkuban Parahu meski aktivitasnya cenderung menurun sejak erupsi Jumat (26/7/2019) sore.
"Karena tugas kami menyampaikan rekomendasi, tugas mereka juga kami maklumi di bidang pengelolaan. Tapi seperti tahun 2013 ada kendala bagaimana koordinasi. Tapi kita tetap menjalankan tugas, karena kita institusi yang diberi amanat oleh pemerintah untuk keselamatan masyarakat," tutur Nia saat ditemui di Kantor PVMBG, Jalan Diponegoro, Sabtu (27/7/2019).
Baca juga: Pengelola: Tak Ada Instansi yang Berhak Menutup Tangkuban Parahu
Sementara itu, Kepala Sub bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Devy K Syahbana menjelaskan aktivitas Gunung Tangkuban Parahu memang cenderung menurun. Meski demikian tak menutup kemungkinan erupsi susulan akan terjadi.
"Kalau potensi erupsi masih tetap ada karena kondisi belum stabil tapi intensitasnya cenderung menurun kita harapkan kalau terjadi lagi logikanya akan lebih kecil. Karena data tak menunjukan adanya potensi erupsi yang besar," tuturnya.
Karena itu PVMBG pun tetap merekomendasikan agar tak ada aktivitas pada jarak 500 meter dari kawah.
Baca juga: Tangkuban Parahu, Legenda Sangkuriang dan Dayang Sumbi di Gunung Purba
Dari siaran pers yang diterima, ancaman bahaya yang paling mungkin terjadi saat ini berupa hembusan gas vulkanik dengan konsentrasi berfluktuasi di sekitar Kawah Ratu yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan jiwa masyarakat.
Sebab, kecenderungan konsentrasi gas vulkanik tetap tinggi serta erupsi freatik dan hujan abu di sekitar kawah berpotensi terjadi tanpa ada gejala vulkanik yang jelas.
Hingga saat ini, tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu masih berada pada Level I (normal). Evaluasi akan terus dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan tingkat ancamannya.
Seperti diketahui Gunung Tangkuban Parahu yang berlokasi di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Subang, Jawa Barat, mengalami erupsi, Jumat (26/7/2019) sore, sekitar pukul 15.48 WIB.
Erupsi terjadi selama 5,5 menit dengan sebaran abu vulkanik mencapai radius 1-2 kilometer. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan bahwa kolom abu teramati dengan ketinggian kurang lebih 200 meter di atas puncak.
“Besok dilihat kalau situasi normal kita buka,” kata Putra Kaban, direktur Utama PT GRPP saat dihubungi Kompas.com, Jumat (26/7/2019).
Lebih lanjut Putra Kaban menegaskan, tidak ada satu pun instansi yang bisa melarang pihaknya membuka loket kunjungan untuk wisatawan mancanegara maupun lokal.
“Enggak ada cerita, yang menentukan saya. Kalau normal ya, kita buka,” tuturnya.
Baca juga: Mensos: Tagana Diterjunkan Evakuasi Warga di Sekitar Tangkuban Parahu
Putra Kaban menjelaskan, sejak tahun 2012 lalu pihaknya dan PVMBG telah membuat kesepakatan. Salah satu kesepakatannya adalah PT Graha Rani Putra Persada hanya mengikuti rekomendasi PVMBG.
Sementara PT GRPP tetap memiliki kuasa untuk membuka atau menutup kunjungan Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu.
“Mereka (PVMBG) hanya merekomendasikan, yang penting pengunjung tidak ke Kawah Ratu dan Kawah Upas karena selama ini memang tidak pernah diperbolehkan ke sana,” tuturnya.
Kalau pun loket kunjungan dibuka, lanjutnya, wisatawan masih bisa menikmati pesona alam TWA Tangkuban Parahu tanpa harus ke kawah utama.
“Di Jayagiri juga masih bisa, aman, di sana banyak hiburannya. Tapi kita lihat besok,” tandasnya.