Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kami Ini Orang Kampung dan Miskin, Tak Pernah Terbayang Anak Saya Dapat Beasiswa..."

Kompas.com - 26/07/2019, 15:59 WIB
Nansianus Taris,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MAUMERE, KOMPAS.com -  Tangisan haru Maria Da Silva (34) pecah saat Kompas.commenyambangi gubuknya yang sudah reyot pada Kamis (25/7/2019). 

Didampingi anak sulungnya, Maria Lanti, dia mengucapkan terima kasih kepada Kompas.com yang rela turun ke Dusun Kloang Aur, Desa Watu Diran untuk meliput kondisi masyarakat di wilayah itu.

"Tanpa adik turun melihat kami di sini, orang-orang di luar pasti tidak mengetahui kondisi kami di pedalaman ini. Sekali lagi terima kasih," ucapnya di tengah tangisnya. 

Kedatangan Kompas.com sendiri untuk menyerahkan titipan bingkisan dari PT Telkom, sebagai kelanjutan dari beasiswa yang diterima Maria Lanti di kantor Royale Golf Jakarta, dalam rangka hari ulang tahun (HUT) PT Telkom ke 52, Sabtu (20/7/2019).

"Saya tidak pernah bayangkan anak saya diundang ke Jakarta untuk terima beasiswa. Kami ini orang kampung dan miskin. Terima kasih adik sudah peduli dengan kami. Karena adik anak saya bisa terima beasiswa dari Jakarta," tutur Maria. 

Baca juga: Ketegaran Mama Maria Jadi Tulang Punggung Keluarga, Tinggal di Gubuk Reyot dan Hanya Makan Ubi

Menurut dia, uang beasiswa dari Telkom langsung digunakannya untuk melunasi tunggakan sekolah Maria Lanti dan adik-adiknya. 

"Saya bahagia sekali sekarang. Akhirnya anak saya bisa sekolah aman tanpa beban tidak bisa bayar uang sekolah. Selama ini mereka selalu tunggak bayar uang sekolah. Mereka selalu mengeluh malu. Terima kasih kepada PT Telkom Indonesia yang sudah bantu anak saya," kata Maria.

Maria Lant, sang anak sulung, merupakan salah seorang siswi prestasi di SMPN 3 Waigete, Desa Watu Diran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Flores, NTT.

Dia mengaku bangga dan bahagia bisa diundang ke Jakarta untuk menerima beasiswa. 

"Jujur pak, pergi ke Jakarta kemarin itu, bagi saya itu sangat luar biasa. Selama ini, saya anak kampung dari keluarga miskin tidak pernah membayangkan bisa ke Jakarta. Di Jakarta juga kami bisa jalan-jalan ke tempat-tempat sejarah Indonesia. Tentu ini kesempatan emas bagi kami anak dari kampung," ungkap siswa yang biasa disapa Lanti itu.

Baca juga: Anak Pengayuh Becak Lulusan ITB Dilamar Jadi Dosen Luar Biasa Untirta

 

Ditinggal suami, jadi buruh lepas

Diberitakan sebelumnya, Maria Da Silva (34), seorang ibu di Dusun Kloang Aur, Desa Watu Diran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Flores, NTT tinggal di gubuk reyot bersama kedua anaknya tanpa suami.

Suaminya, Fransiskus Borgias pergi merantau di Kalimantan sejak 6 tahun silam. Sejak kepergiannya sampai hari ini, Fransiskus hilang tanpa kabar. Ia tak pernah lagi mengirim uang kepada keluarganya.

Sejak saat itu, Mama Maria menafkahi kedua anaknya seorang diri. Ia menjadi tulang punggung keluarganya. 

"Suami saya pergi merantau 6 tahun yang lalu. Tetapi tidak pernah kirim uang untuk kami. Untuk kasih kabar melalui telepon pun tidak. Dulu dia jalan supaya bisa perbaiki rumah dan ekomomi keluarga," ungkap Maria sambil menangis kepada Kompas.com di gubuknya, Selasa (9/7/2019).

Baca juga: Cerita Paidi, Mantan Pemulung Beromzet Miliaran Setelah Sukses Tanam Porang

Ia menuturkan, sejak kepergian sang suami, dirinya harus membanting tulang untuk menafkahi dan membayar uang sekolah kedua anaknya. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com