KOMPAS.com - Pimpinan baru Pesantren AN di Lhokseumawe, Tengku Sulaiman Lhok Weng, meminta masyarakat agar tidak menghakimi secara sepihak usai mencuatnya kasus pencabulan di lembaganya.
Sulaiman menjelaskan, pesantren AN sebetulnya dikenal mampu mendidik penghapal Quran dengan baik. Bahkan ada yang hapal hingga 30 juz.
Sementara itu, sebagian besar santri di Pesantren AN telah pindah pasca-penangkapan pimpinan dan guru pesantren yang diduga melakukan pencabulan terhadap 15 santri.
Seperti diketahui, polisi telah menangkap AI dan MY atas dugaan pelecehan seksual terhadap santri.
Sejauh ini polisi sudah mendeteksi 15 santri yang diduga menjadi korban, lima diantaranya telah dimintai keterangan.
Baca fakta lengkapnya berikut ini:
Sulaiman mengatakan, saat ini hanya tersisa 135 santri yang masih melanjutkan pendidikan di pesantren tersebut.
Sebelum kasus itu mencuat, tercatat ada 250 santri dari berbagai kelas yang mengenyam pendidikan di sana.
“Sekarang ini proses belajar di gedung baru mulai berjalan. Sisanya 150 santri ini menyatakan ingin menamatkan pendidikan di pesantren,” katanya, saat dihubungi, Rabu (24/7/2019).
Baca juga: Polisi Tangkap 1 Lagi Penyebar Hoaks Kasus Pencabulan Pimpinan Pesantren
Pesantren AN saat ini telah menempati gedung baru yang berada di kawasan Desa Buket Rata, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe. Pemindahan pesantren juga dikarenakan kasus pencabulan tersebut.
Sulaiman mengatakan, saat ini struktur pengurus pesantren telah diubah. Tidak ada lagi nama AI dan MY, yang merupakan tersangka kasus pencabulan dalam pengurus baru.
Lalu terkait dewan guru, sambung Sulaiman, dirinya masih mengevaluasi apakah jumlahnya tetap atau tidak. Mengingat terjadi pengurangan jumlah santri, sehingga diperlukan penyesuaian jumlah guru.
“Nanti kita liat apakah jumlah gurunya tetap atau tidak. Karena ini kan santrinya sudah berkurang,” ujarnya.
Baca juga: Pesantren yang Pimpinannya Diduga Cabuli 15 Santri Diminta Tak Lagi Beroperasi