Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5.744 Desa Berpotensi Terdampak Tsunami, 584 Ada di Selatan Jawa

Kompas.com - 24/07/2019, 16:48 WIB
Markus Yuwono,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - BNPB mencatat 5.744 desa berpotensi terdampak bencana tsunami di Indonesia, dimana 584 di antaranya berada di selatan Jawa.

Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB Lilik Kurniawan mengatakan, Potensi bencana tsunami di pesisir selatan Jawa yang ditinggali oleh lebih dari 600.000 jiwa masih terkendala infrastruktur menuju lokasi evakuasi.

Hal ini menjadi salah satu perhatian dalam Ekpedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) 2019 di daerah Selatan Pulau Jawa, oleh Badan Nasional  Penanggulangan Bencana (BNPB). 

Untuk wilayah DIY, yang memiliki infrastruktur yang memadai hanya ada di Pantai Kwaru, Bantul.

"Paling tidak satu tahun sekali desa-desa melakukan simulasi. Mengingat daerah selatan jawa ini selama kurun waktu 25 tahun terakhir ada tiga kejadian tsunami. Pertama pada tahun 1994 di daerah Banyuwangi, lalu 2006 di Pangandaran, dan 2018 ada di Selat Sunda," ujarnya, ditemui di Pantai Sadeng. Rabu (24/7/2019).

Baca juga: Usai Digoyang Gempa, Rumah di Halmahera Selatan Terendam Banjir

Lilik Kurniawan mengatakan, untuk kegiatan Destana tsunami pihaknya akan melakukan kunjungan ke 584 desa di pesisir Jawa. Untuk kali ini pihaknya mengunjungi Pantai Sadeng, Desa Songbanyu, Kecamatan Girisubo, Gunungkidul, Rabu.

Selama ekspedisi akan dilakukan penilaian ketangguhan masing-masing desa dalam menghadapi bencana tsunami.

Harapanya dengan kegiatan ini bisa membuat perencananan tiga tahun ke depan. Salah satu yang menjadi sorotan yakni pembuatan jalur evakuasi bagi masyarakat terdampak.

"Kita temukan paling krusial adalah masalah infrastruktur ya. Jadi tempat-tempat yang rawan tsunami itu kita masih temukan jalannya itu masih belum bagus. Mereka sudah menentukan sendiri tempat evakuasinya, tetapi akses menuju ke tempat itu yang masuk di atas bukit itu belum tertata dengan baik. Bahkan kalau dia lewat sungai, jembatan nya masih belum ada, ini kan riskan bagi masyarakat," kata Lilik.

Menurut dia, pembangunan infrastruktur menjadi tanggung jawab pemerintah daerah masing-masing. Masyarakat bisa belajar sendiri mengenai evakuasi karena mudah dan tidak memerlukan biaya.

Menurut dia, desa-desa yang memiliki potensi terjadinya tsunami agar melakukan simulasi penanganan terjadinya bencana tsunami, sehingga kesiapsiagaan selalu terlatih pada masyarakat.

Baca juga: 16 Kali Gempa Bumi Terjadi di Pulau Seram, Maluku

Salah satu upaya sosialisasi program Ekpedisi Destana 2019 digelar selama 34 Hari. Perjalanan diawali pada Kamis (11/7/2019) menuju Banyuwangi, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, kemudian ke Jawa Barat seperti Garut dan Pangandaran.

Ekspedisi akan berakhir di Banten pada 16 Agustus 2019. Ekspedisi ini akan melibatkan lebih dari 200 peserta. Mereka memberi sosialisasi ke sekolah-sekolah. Bahkan tinggal beberapa hari di desa-desa dalam membangun kesiapsiagaan di tingkat desa dengan berbagai kegiatan kreatif. 

 

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yuswantana mengatakan, pihaknya perlu meningkatkan infrastruktur evakuasi tsunami yang ada. Salah satunya dengan membentuk destana.

Sosialisasi terkait kebencanaan juga diberikan dari mulai desa hingga sekolah-sekolah karena setiap tahun murid berganti, maka gurunya yang dilatih dan edukasi.

Ada 39 desa dan 12 Kecamatan, di Kabupaten Gunungkidul, Bantul, dan Kulon Progo, targetnya semuanya dibentuk destana.

"Memang yang sudah ada baru di Pantai Kwaru tempat evakuasi tsunami, tetapi sebenarnya alam sudah menyediakan pelindung seperti gumuk pasir dan ada bukit-bukit bagi kita menjadi pelindung dari tsunami," ucapnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com