Tak berapa lama, sang ayah yang diketahui berdinas di Polsek Airgegas datang langsung mencari dan menganiaya DI.
"Saat itu saya dan ustazah Anjar sedang mengajar. Tiba tiba Jam datang dan langsung mengangkat leher Di. Di, terus dipegang lalu diseret sampai keluar kelas. Karena gerakannya cepat jadi kami guru hanya bisa berteriak minta tolong saja," ujar Helni sambil mempraktikkan penganiayaan kepada DI.
Setelah dilerai, JAM kepada para guru TPA mengaku khilaf.
Baca juga: Diduga Gelapkan Dana BumDes, Oknum Polisi dan Istrinya Dilaporkan ke Polres Buru
Bahkan, oknum polisi yang berdinas di Polsek Airgegas tersebut sempat kembali menyambangi dan meminta maaf kepada DI.
Namun menurut Eva, DI menolak permintaan maaf JAM dan DI menangis karena ketakutan di pelukan gurunya.
"Dia (JAM) sempat bilang saya khilaf, saya khilaf, dan dia juga sempat meminta maaf kepada anak itu (DI). Cuma mungkin karena takut tadi, jadi DI tetap di pelukan gurunya," bebernya.
Pasca-penganiayaan itu, bocah SD di Tobali, Bangka Selatan menolak bertemu dengan orang baru dan lebih memilih bermain di dalm rumah.
Saat dikunjungi di kediamannya, Minggu (21/7/2019) siang, DI enggan berinteraksi dengan siapa pun.
Baca juga: Diduga Lakukan Pemerasan, 4 Oknum Polisi di Medan Ditangkap
Bocah sembilan tahun tersebut baru bersedia keluar rumah dan menemui sejumlah tamu yang bertandang ke kediamannya setelah di bujuk dan didampingi sang ayah, Candra Saputra.
Candra mengatakan perubahan perilaku anaknya terjadi setelah ia menjadi korban dugaan pemukulan yang dilakukan oknum anggota Polres Bangka Selatan. Bahkan, pasca-kejadian, DI pun enggan di peluk sang ayah.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan